Pernyataan sang bupati memicu kritik keras di media sosial. Banyak warganet menilai klarifikasi tersebut tidak sesuai dengan fakta di lapangan dan menunjukkan kurangnya empati terhadap warga terdampak.
Baca Juga: Mahasiswa Fotografi ISI Yogyakarta Ubah Kecemasan Pasca-Kampus Jadi Perayaan Seni
“Pak Tagor, warga Anda capek jalan menjemput logistik berjalan kaki, malah Anda katakan mereka cuma pedagang,” tulis akun @BraderJr.
Komentar lain menegaskan bahwa jumlah pedagang tidak sebanding dengan warga yang berjalan kaki.
“Yang benar pak, pedagang sebanyak itu mau dagang ke siapa? Yang jelas itu warga, pedagang paling hanya puluhan orang,” ungkap akun @AmranBakkara.
Baca Juga: Mantan Pelatih Timnas Shin Tae-yong Salurkan Bantuan untuk Korban Bencana Sumatra
Kisah ini menyoroti beratnya perjuangan warga Bener Meriah dan Aceh Tengah untuk bertahan hidup pascabencana, sekaligus memperlihatkan ketegangan antara narasi resmi pemerintah daerah dan realitas di lapangan.**
Artikel Terkait
Korban Banjir Bandang Sumatra Tembus 990 Jiwa! Rumah Tertutup Lumpur, Warga Masuk dengan Merangkak
Satgas PKH Ungkap Indikasi Pidana di Balik Banjir dan Longsor Sumatra
Pemulihan Pascabencana Banjir Sumatra Diprediksi Panjang, Akademisi Ingatkan Ancaman Sosial
Kisah Pilu Ibu Korban Banjir Aceh Tamiang, Bertahan Hidup 72 Jam Tanpa Makan dan Minum
Lampu Menyala di Pengungsian Bener Meriah, Harapan Baru Setelah 21 Hari Kegelapan
Kisah Heroik Pria Sibolga: Jalan Kaki 66 Km Demi Kabarkan Keselamatan Keluarga