“Nah, kita bandingkan 1 kwh listrik dari batu bara emisinya 1000 gram per kwh, kalau dari BBJP emisinya nol," jelas Darmawan.
Menurutnya, ini merupakan teknologi daur ulang, dan seandainya tidak di daur ulang pun emisi sampah akan dilepas ke atmosfer.
"Jadi lebih baik kita jadikan biomassa yang bisa menekan emisi karbon di PLTU," tegasnya.
Sepanjang tahun 2022 kemarin, PLN mampu menekan emisi karbon hingga 580 ribu ton lewat teknologi co-firing ini.
Pada tahun ini PLN menargetkan pengurangan emisi hingga 860 ribu ton dan 10 juta ton pengurangan emisi pada tahun 2030 mendatang.
Kerja sama dengan Pemprov DKI bukanlah upaya pertama PLN dalam memastikan pasokan biomassa.
Sebelumnya, PLN juga sudah melakukan kerja sama dengan 12 pemerintah daerah (pemda) maupun pemprov di tanah air.
PLN juga bersinergi dengan BUMN lain untuk menjamin pasokan biomassa.
Saat ini PLN telah menerapkan teknologi co-firing di 37 PLTU dan ditargetkan pada tahun 2023 ini sebanyak 42 PLTU.
Baca Juga: Daihatsu Terios Facelift 2023 Resmi Diluncurkan, Kini Punya Varian ADS Dibanderol Mulai Rp236 Juta
Untuk itu, PLN membutuhkan pasokan biomassa sebanyak 1 juta ton pada 2023.
Hingga 2025, PLN akan menerapkan teknologi ini di 52 PLTU dengan kebutuhan pasokan biomassa mencapai 10 juta ton.
"Oleh karena itu, kami terbuka dengan peluang kerja sama seluas-luasnya," tandas Darmawan. **
Artikel Terkait
Konsisten Dorong Transisi Energi, PLN Raih Penghargaan Internasional The Best Green Loan
Muluskan Jalan Transisi Energi, PLN Kolaborasi dengan Jepang Bangun Ekosistem EBT di Indonesia
PLN Bersama Kesultanan Yogyakarta dan Pemprov DIY Kembangkan Ekonomi Hijau di Gunungkidul
Transformasi PLN Jadi Lebih Efisien, Direktur Utama PLN Raih Indonesia Best 50 CEO di Tahun 2023
PLN Kembali Cetak Kinerja Keuangan Terbaik Sepanjang Sejarah, Transformasi Kunci Keberhasilan