Hal ini sejalan dengan konsep Merdeka Belajar yang bertujuan menciptakan pendidikan berkualitas dan inklusif untuk semua.
Penerapan kurikulum yang tidak seragam ini mengharuskan adanya pendekatan pembelajaran yang fleksibel dan kreatif.
"Guru perlu menyesuaikan tujuan pembelajaran dan alur pembelajarannya untuk mencakup kebutuhan individu siswa. Misalnya, untuk mencapai kompetensi menghitung hingga angka 1.000, seorang guru dapat menyederhanakan soal menjadi operasi dasar seperti 500 × 2 atau 250 × 4. Sebaliknya, guru yang kreatif dapat menyajikan soal lebih kompleks, seperti 250 × 8 ÷ 2, untuk menantang siswa yang lebih cepat memahami materi," kata Budi.
Menurut Budi, keberhasilan sistem ini sangat bergantung pada kreativitas dan keterampilan guru.
Oleh karena itu, pelatihan guru menjadi sangat penting untuk mendukung keberhasilan pembelajaran berbasis diferensiasi.
Guru diharapkan tidak hanya menguasai materi, tetapi juga mampu menyesuaikan metode pengajaran agar sesuai dengan keragaman kemampuan siswa.
Selain itu, Budi juga mengungkapkan bahwa Ujian Nasional perlu tetap dilaksanakan.
Perlu adanya standar terkait pemetaan mutu atau kualitas hasil belajar peserta didik kelas akhir.
Tetapi UN ini sebaiknya tidak digunakan dalam syarat penentu kelulusan, tetapi dapat digunakan sebagai salah satu alat seleksi dalam PPDB.
“Adanya UN menciptakan rasa kompetisi di antara siswa, sekolah, dan daerah untuk mencapai hasil terbaik, yang bisa mendorong siswa belajar lebih giat."
"UN juga bisa dijadikan sebagai acuan seleksi untuk jenjang pendidikan yang lebih tinggi, seperti masuk ke SMA atau perguruan tinggi, sehingga memudahkan proses seleksi yang lebih objektif,” ungkapnya.
Pihaknya berharap bahwa melalui diskusi bersama Komisi X DPR RI, dapat tercipta regulasi yang lebih baik dan relevan dengan kebutuhan pendidikan saat ini.