SENANGSENANG.ID - Pagi itu, Sabtu 27 Mei 2006, aktivitas warga masih seperti biasa, bangun pagi dan mempersiapkan diri beraktivitas sebagaimana keseharian mereka.
Energi pagi hari itu menjadi modal untuk membangun semangat beraktivitas, demi sebuah perubahan hidup yang mereka impikan.
Anak-anak juga sudah bersiap untuk berangkat ke sekolah, demi mengejar mimpi dan cita-citanya.
Namun siapa menduga, semua berubah begitu cepat. Gempa bumi tektonik mengguncang Jogja pagi itu, Sabtu 27 Mei 2026 pukul 05.53 WIB.
Gempa yang berpusat sekitar 10 kilometer dari Desa Pundong Bantul itu berlangsung selama 57 detik, hingga menyebabkan kerusakan parah secara lokal.
Guncangan gempa terkuat berada di Kabupaten Bantul dan Klaten Jawa Tengah, dengan skala MMI IX (Hebat), akibatnya, bangunan yang terbuat dari batu bata hancur.
Baca Juga: Samsung Luncurkan Galaxy A06 5G, Hape Dua Jutaan Jagoan Gaming Anti Lag Disokong Dimensity 6300
Guncangan berikutnya disusul oleh Kota Yogyakarta dan Sleman dengan skala MMI VIII (Parah) lalu Pantai Parangtritis dengan skala MMI VII (Sangat kuat), di Wonosari, Wates, Kulon Progo mencapai skala MMI VI (Kuat).
Gempa pada 27 Mei 2006 ini adalah salah satu peristiwa gempa bumi paling fatal, dengan jumlah korban jiwa terbanyak pada tahun 2000an di seluruh dunia, dan salah satu bencana gempa bumi paling mematikan pada abad ke-21.
Total korban tewas akibat bencana ini mencapai 5.778 hingga 6.234 orang, terbanyak korban jiwa adalah warga di Kabupaten Bantul dan Klaten.
Baca Juga: Rebranding Yogya City of Festival, Upaya Tingkatkan Lama Tinggal Wisatawan
Gempa susulan kemudian terjadi beberapa kali seperti pada pukul 06.10 WIB, 08.15 WIB dan 11.22 WIB, hingga menambah jumlah kerusakan.
Gempa Bumi tersebut mengakibatkan banyak rumah dan gedung perkantoran yang roboh, rusaknya instalasi listrik dan komunikasi.