SENANGSENANG.ID - Stunting di Indonesia masih menjadi persoalan serius untuk ditangani.
Hingga 2022 angka stunting di Indonesia sebesar 21,6 persen. Masih di atas standar WHO yang dibawah 20 persen.
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengungkap masih tingginya stunting disebabkan berbagai faktor.
Salah satunya karena kurangnya asupan penting seperti protein hewani, nabati dan zat besi sejak sebelum sampai setelah kelahiran.
Hal itu berdampak pada bayi lahir dengan gizi yang kurang, sehingga anak menjadi stunting.
Untuk mengatasi persoalan tersebut, Kemenkes mengkampanyekan pentingnya pemberian protein hewani kepada anak utamanya anak usia dibawah dua tahun.
“Setelah bayi berusia enam bulan harus rajin melakukan pengukuran, karena selain ASI eksklusif juga ada makanan tambahan, kalau kurang protein hewani anaknya bisa stunting. Protein hewani ini seperti susu, telur, ikan, dan ayam,” kata Menkes Budi Rabu 25 Januari 2023.
Baca Juga: Horoskop Shio Naga Kamis 26 Januari 2023, Coba untuk Menuruti Keinginan Pasanganmu
Menkes menekankan bahwa cara tersebut efektif mencegah stunting pada anak karena protein hewani mengandung zat gizi lengkap seperti asam amino, mineral dan vitamin yang penting untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak.
Ini diperkuat dengan hasil penelitian yang menunjukkan adanya bukti kuat hubungan antara stunting dan indikator konsumsi pangan berasal dari hewan, seperti telur, daging/ikan, dan susu atau produk olahannya (keju, yogurt, dll).
Penelitian tersebut, kata Menkes Budi juga menunjukan konsumsi pangan berasal dari protein hewani lebih dari satu jenis lebih menguntungkan daripada konsumsi pangan berasal dari hewani tunggal.
Sayangnya, meski bermanfaat untuk mencegah stunting pada anak, konsumsi protein per kapita masih tergolong rendah.
Baca Juga: Jembatan Apung Jadi Potensi Wisata Baru, Hubungkan Kabupaten Kudus dan Demak