Dalam sesi kedua, Frederico Dwi Setyanto, S.Sn. memaparkan inovasi pemanenan air hujan sebagai solusi untuk mengatasi defisit air bersih.
Baca Juga: Momen Langka! Anak-Anak Presiden Republik Indonesia Berkumpul di Perayaan Ulang Tahun Didit Prabowo
“Pemanenan air hujan adalah metode sederhana yang dapat diterapkan di rumah tangga untuk mengurangi ketergantungan pada air tanah,” katanya.
Sementara itu, Drs. P. Kianto Atmodjo, M.Si. berbagi pengalaman sukses komunitas dalam mengolah sampah organik menjadi produk bernilai ekonomi.
Ia menegaskan bahwa pengolahan sampah bukan sekadar tanggung jawab pemerintah, melainkan juga kesempatan bagi masyarakat untuk berwirausaha.
“Dengan pengolahan yang tepat, sampah organik bisa diubah menjadi kompos atau pakan ternak. Ini adalah peluang ekonomi sekaligus kontribusi nyata terhadap lingkungan,” tutur Kianto.
Langkah Nyata di Tingkat Komunitas
Sebagai bentuk komitmen, peserta seminar bersepakat untuk membentuk kelompok kerja komunitas di lingkungan masing-masing.
Fransisca Supriyani Wulandari, S.Pd., yang memandu sesi praktik kolekte sampah daur ulang, mendorong peserta untuk memulai dari langkah kecil seperti memilah sampah di rumah.
“Perubahan besar berawal dari tindakan sederhana. Dengan memilah sampah, kita sudah berkontribusi dalam menjaga lingkungan,” ujarnya penuh semangat.
Harapan ke Depan
Seminar ini diharapkan menjadi titik awal gerakan partisipatif dalam pengelolaan sampah di Yogyakarta.
Artikel Terkait
Mengenal dan Mencintai Tanaman Endemik di Hutan Lindung Kaliurang, Ini yang Dilakukan KPKC Gereja Santa Maria Assumpta Gamping
Rukti Jenazah, Pembekalan dari RS Panti Rapih bagi Tim Pangruktilaya Paroki Gamping agar Tidak Canggung
Potensi Remaja Ditampilkan dalam Rangkaian Pekan Doa Sedunia 2025, Ini Momen Serunya
Lebih Jauh Tentang Kadipaten Pakualaman sebagai Pengemban Budaya
Refleksi Puasa Sampah Gusdurian, Membangun Kepedulian Umat Lintas Iman
Usung Tema Manggala Gati Wiwaraning Rat, Peringatan Hadeging Kadipaten Pakualaman ke-213 Tahun 2025 Diwarnai Banyak Acara