ragam

Bukti Kerukunan, Vihara Karangdjati Mlati Sleman Terbuka bagi Lintas Agama

Sabtu, 14 Desember 2024 | 16:09 WIB
Pengurus Komisi Hubungan antar Agama dan Kepercayaan (HAK) Kevikepan Jogja Barat mengunjungi tokoh agama Buddha Vihara Karangdjati. (Foto: Dok/ Praba Pangripta)

Romo Totok, panggilan lain ketua Vihara Karangdjati, banyak menyampaikan hal yang berkaitan dengan ajaran Budha terutama meditasi.

Meditasi merupakan dialog keheningan, dilakukan rutin setiap hari Jumat mulai pukul 19.30, dan terbuka untuk umum atau lintas iman.

Baca Juga: Arief Rosyid Hasan: Selamat Mas Pram - Bang Doel, Waktunya Satukan Jakarta untuk Indonesia Maju

Berkaitan dengan praktik puasa, berasal dari bahasa Sanskerta upavasatha, lalu dikenal dengan istilah upawasa; upa artinya luhur/ mulia dan wasa artinya berdiam/tinggal, tinggal dalam keluhuran.

Menurut Romo Totok, konsep puasa ketika tanggal 1, 8, 15, 23 digunakan untuk tidak melakukan aktivitas, hening diri, olah rasa, kontemplasi.

Aturan saat puasa terkait ajaran Budha termaktup dalam Hasta Sila (delapan aturan) yaitu: 1) tidak membunuh/menyakiti makluk, 2) tidak mengambil barang yang tidak diberikan, 3) tidak melakukan hubungan seksual, 4) tidak berbicara yang tidak benar (lakunya biasanya dengan tapa meneng), 5) tidak mabuk-mabukan/ mengonsumsi yang menyebabkan lemah kesadaran, 6) tidak makan setelah tengah hari (jam 12 ke atas sampai dini hari jam 06.00) namun boleh minum kecuali susu yang dapat mengenyangkan, 7) tidak memakai wewangian, berhias, hiasan, bernyanyi, bermain musik, dan lainnya yang bersifat menyenangkan, inderawi, 8) tidak tidur di tempat yang tinggi (orang dulu di lantai/jobin) dan menghindari kemewahan dan malas-malasan.

Baca Juga: Crazy Rich Surabaya Budi Said Dituntut 16 Tahun Penjara dan Bayar Uang Pengganti Rp1,08 Triliun di Kasus Transaksi Emas

Dalam agama Budha, untuk mencapai Nirwana harus melalui 3 step, yakni: sila/ moral, samadi/ meditasi, pengetahuan/kebijaksanan. Ketiga hal tersebut harus komplit, hal puasa masuk dalam sila.

Lebih lanjut dalam Budhisme tidak dipahami sebagai personal, yang mengatur, yang memberi, tapi pada hukum alam semesta sebab akibat.

Sang Budha dan para Budha dianggap sebagai guru, yang memberi pencerahan untuk menjalani.**

Liputan: Praba Pangripta

Halaman:

Tags

Terkini