"Bayangkan pemain harus bertanding jam 07.00, lalu bermain lagi pada 10.00, 13.00, hingga 15.00 dalam satu hari. Bermain lima kali sehari. Pulangnya memang membawa piala dan membuat orang tuanya bangga, tetapi mereka tidak tahu efek terhadap organ tubuh pemain ini," ujarnya.
Bahkan, lanjut dia, sekarang one-day tournament itu sudah diiming-imingi dengan uang.
"Bagaimana ini kok anak kecil sudah dipacu dengan uang. Karena banyaknya turnamen seperti ini, orang berbondong-bondong mencari kemenangan dan lupa meletakkan teknik dasar yang benar. Kalau teknik dasar ini tidak benar, lalu bagaimana dasar pembinaannya," tutur Edy.
Edy berharap, orang tua pemain bisa memahami ide dasar pembinaan pemain usia dini.
Sehingga, mereka tidak mengambil sikap yang keliru dalam mendidik putranya yang ingin menjadi pesepak bola.
Baca Juga: Hari Guru Nasional, Presiden dan Mendikbudristek Rayakan Gerakan Merdeka Belajar bersama Ribuan Guru
"Saya pikir pencapaian pelatih Bima Sakti di Piala Dunia U-17 2023 ini sudah luar biasa. Saya tahu persis bahwa para pemain ini, di bawah asuhan Bima, salat saja harus berjemaah. Timnas Indonesia U-17 sudah luar biasa.” ujarnya. **
Artikel Terkait
Pemain Bertahan Timnas Jerman U-17, Finn Jeltsch Yakin Timnya Bakal Tampil sebagai Juara Setelah Sukses Kandaskan Tim Tangguh Spanyol U-17
Perempat Final Piala Dunia U-17 2023: Ambisi Striker Timnas Maroko U-17, Nassim Azaouzi Cetak Gol Lagi ke Gawang Timnas Mali U-17
Jean Bruno Pastorello Juara Dunia Aquabike Endurance Grand Prix of Indonesia di Danau Toba
Penonton Piala Dunia U-17 Lampaui Target FIFA, 514 Ribu Tiket Ludes Terjual
Merchandise Produk UMKM Kota Surabaya Terjual 16 Ribu Buah Selama Piala Dunia U-17 Berlangsung Hingga Perempat Final
Lolos ke Semifinal, Pelatih Timnas Prancis U-17, Jean-Luc Vannuchi Mengaku Beruntung Punya Paul Argney, Penjaga Gawang Hebat