Asah Keberanian Memimpin Perubahan, 28 Kepala Sekolah dari 6 Keuskupan Ikuti School Leadership Camp

photo author
- Selasa, 8 Oktober 2024 | 07:40 WIB
Suasana SLC yang diadakan di Semarang, 5-6 Oktober 2024. (Istimewa)
Suasana SLC yang diadakan di Semarang, 5-6 Oktober 2024. (Istimewa)

Pelatihan intensif yang setiap angkatannya dilangsungkan dalam 3 tahap ini disusun dengan kurikulum yang komplet namun ringkas.

Komplet, materi SLC mulai dari kepemimpinan, manajerial, hingga administrasi. Ringkas, karena disampaikan dan dilatihkan hanya dalam 3 tahap selama 3 bulan.

Baca Juga: Ketum PWI Pusat Hendry Ch Bangun Pimpin Rapat Pengurus Harian, Lanjutkan Program UKW

Kali ini SLC ke-4 tahap ke-2. Secara khusus, di tahap 2 ini materi komunikasi dibawakan oleh Ignaz Kingkin, HJ Sriyanto, dan AA Kunto A dari Yayasan Kawan Tumbuh Indonesia.

Lembaga ini memang secara khusus mendampingi penyelenggara sekolah di berbagai daerah di Indonesia.

Ignaz Kingkin melatihkan materi tentang coaching, counselling, dan mentoring. Sementara HJ Sriyanto menyampaikan materi seputar komunikasi sekolah dan kehumasan.

Baca Juga: Cabor Para Renang NPC Kalsel Sumbang Medali Emas Pertama Peparnas XVII Solo 2024

Sedangkan AA Kunto A mengenalkan metode berkomunikasi efektif berbasis Neuro-Linguistic Programming.

Modal dasar peserta adalah rumusan visi-misi sekolah masing-masing yang disiapkan peserta sesuai penugasan bulan lalu. Materi-materi yang dibawakan dalam SLC memang berangkat dari kebutuhan peserta.

Bahwa kebanyakan kepala sekolah yang menjabat tidak memahami tugasnya. Bukan karena mereka bodoh atau malas; selain pintar, kepala sekolah umumnya adalah guru berprestasi dan baik.

Baca Juga: Paus Fransiskus Angkat 21 Kardinal Baru, Salah Satunya Uskup Bogor Mgr Paskalis Bruno Syukur OFM

Kecakapan Kepala Sekolah Perlu Disiapkan dan Dilatih

Lalu, karena apa? Terutama karena lembaga yang menugasinya tidak membekali kepala sekolah tersebut dengan kecakapan dan alat kerja yang layak.

Kebanyakan lembaga berpandangan bahwa kepala sekolah yang ditunjuknya akan mengerti dengan sendirinya tugas mereka. Nyatanya tidak.

Guru berprestasi sekalipun begitu jadi kepala sekolah bisa merasa seketika tidak bisa melakukan apa-apa.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Agoes Jumianto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X