"Masing-masing simbolisasi tersebut ternyata terkandung ternyata mengandung maksud dan makna tertentu. Pengunjung dapat menukarkan kartu yang mereka ambil dari kurungan besar diakhir kunjungan pameran," ujarnya.
Baca Juga: Malioboro Dipadati Pengunjung di Libur Lebaran, Polisi Lakukan Penebalan Pengamanan
Disisi lain pameran ini, pihak panitia pun mengedepankan informasi interaktif dengan pengunjung sehingga mereka bisa mendapatkan keseluruhan informasi secara utuh baik melalui barcode yang disiapkan dengan caption sekaligus wahana interaktif.
Dengan demikian pengunjung bisa mengakses informasi digital sehingga tak mendapatkan informasi satu arah.
"Sebenarnya tujuan keraton menggelar pameran temporer ini seperti yang telah disampaikan GKR Bendara sebelumnya."
Baca Juga: Puncak Arus Balik di Terminal Kalideres Diprediksi Terjadi pada Minggu-Senin, 14-15 April 2024
"Dimana masyarakat modern sering mengalami gagal terkait dengan kebudayaan, mereka sering kali mengalami krisis identitas atau hal-hal yang sebenarnya sangat dinantikan dalam kehidupan masyarakat sehari-hari justru sering terabaikan," tandas Fajar.
Garis besarnya, Keraton Yogyakarta sangat ingin mengajak masyarakat di Jawa itu hidup berkontemplasi dan penuh dengan rasa atau among roso yang sangat erat dengan upacara daur hidup masyarakat Jawa terutama DIY.
Sehingga upacara adat ini juga menghidupkan rasa dari masyarakat Jawa itu sendiri.**
Artikel Terkait
Pameran Kaligrafi di Leman Art House, Karya Rupa yang Lekat dengan Dzikrullah maupun Ajaran Kebajikan
Kelompok Air Gelar Pameran Ecounter di G Print Making Art Studio
Ratusan Perupa Perempuan Indonesia Pameran Besar 'Manifestasi' di Pendhapa Art Space Jogja
Pameran Seni Seni Rupa Manifestasi Berakhir, Potong Tumpeng Jadi Tradisi Komunitas Lintas Batas Pungkasi Perhelatan
Pameran Kartun dan Karikatur Bertajuk Guyon Maton Karya Praba Pangripta Resmi Dibuka untuk Umum di Garrya Bianti Yogyakarta
Sepuluh Perupa Hadirkan Pameran ArtsTen Various Colors di Melia Purosani Hotel Jogja