Konser Gamelan malam itu menghadirkan kolaborasi spesial antara band Letto dan Gamelan Kiai Kanjeng—sebuah perjumpaan musikal yang melampaui genre, mempertemukan warna pop modern dengan kedalaman tradisi gamelan dalam satu panggung yang syahdu dan menggugah.
Melalui tiga malam Konser Gamelan ini, YGF #30 kembali menegaskan posisinya sebagai ruang budaya yang inklusif, tempat di mana tradisi dan inovasi saling menguatkan, dan gamelan terus mengalun dalam denyut zaman yang terus bergerak.
Tahun ini, Yogyakarta Gamelan Festival #30 turut mengundang partisipasi seniman gamelan dari Indonesia, China, dan Kanada, menunjukkan bahwa gamelan telah menjadi bahasa budaya yang melintasi batas geografis.
Sebagai penutup yang menggugah, kolaborasi antara grup musik Letto dan Gamelan Kiai Kanjeng menjadi sorotan utama, sebuah pertemuan lintas genre yang merayakan semangat keterbukaan dan keberlanjutan dalam dunia gamelan.
Baca Juga: Majelis Alumni IPNU Gelar Munas Perdana di Bondowoso, Momentum Setelah 17 Tahun Berdiri
Yogyakarta Gamelan Festival ke-30 telah dilaksanakan selama satu minggu di Taman Budaya Embung Giwangan Yogyakarta.
Selain Gaung Gamelan yang resmi memulai Yogyakarta Gamelan Festival, hadir pula Pasar Cokekan, sebuah ruang tematik dalam festival yang dirancang untuk mewadahi entitas kesenian lain serta UMKM kuliner dan produk kreatif khas Nusantara.
Selama satu minggu, pengunjung dapat menjelajahi ragam kuliner lokal, kriya, dan hasil karya kreatif dari pelaku usaha Yogyakarta dan sekitarnya.
YGF 2025 telah menghadirkan sebuah momen penuh makna melalui Konser Maestro, sebuah pertunjukan istimewa yang dipersembahkan untuk mengenang dan merayakan warisan seni dari tiga tokoh legendaris Indonesia: Sapto Raharjo, Harry Roesli, dan Djaduk Ferianto.
Konser Maestro bukan sekadar penampilan musik, melainkan ruang penghormatan dan refleksi atas dedikasi ketiganya dalam merawat, menghidupkan, dan mentransformasikan gamelan sebagai medium ekspresi yang merdeka, lintas zaman, dan lintas batas.
Bersamaan dengan Konser Maestro, di luar Gedung Grha Budaya dilaksanakan salah satu program baru yang dihadirkan yaitu Sorot Sumirat yang merupakan ruang pengkaryaan dan pengekspresian karya video mapping merespon musik-musik maestro.
Baca Juga: IM3 Platinum Hadirkan Pengalaman Digital Next Level Bersama iPhone 16 di Jogja dan Surabaya
Program ini akan menjadi ruang kolaborasi antara musik dan seni cahaya video mapping. Musik-musik akan menjadi ilustrasi dalam pertunjukan video mapping dan akan ditampilkan pada bidang yang tidak biasa juga.
Artikel Terkait
Nglarasnya Alunan Slendro Pelog Siswa SD hingga Kolaborasi Seniman Indonesia-Mexico di Konser Gamelan YGF28
Alunan Gamelan 'Parade Gangsa' Menggema di Titik Nol Kilometer Yogyakarta, Sri Sultan Ungkit Kurangnya Antusiasme Generasi Muda
YGF ke-30 Digelar di Taman Budaya Embung Giwangan 21-27 Juli 2025, Ini Agendanya: Ada Kongres Gamelan hingga Panggung Slenthem
Gaung Gamelan Tandai Gelaran Yogyakarta Gamelan Festival ke-30 di Embung Giwangan
Mengenang Jejak Abadi Tiga Tokoh Seni Indonesia di Konser Maestro, Yogyakarta Gamelan Festival ke-30
Video Mapping 'Sorot Sumirat' di Yogyakarta Gamelan Festival 2025, Sukses Kolaborasikan Musik dan Cahaya