Dalam konteks hari ini, inklusivitas menjadi landasan utama dalam setiap proses kreatif.
Setiap suara, sekecil apa pun, memiliki tempat dalam arus besar perubahan. Suara-suara ini, yang sering kali terpinggirkan, kini mendapatkan ruang untuk diakui dan didengar.
“Desain hadir sebagai sarana untuk menyampaikan pesan, membangun narasi baru, dan menciptakan ruang dialog bagi berbagai perspektif,” tandas Della Chintya.
Dikatakan Della, pameran ini menghadirkan karya-karya yang lahir dari semangat kolektif sebuah angkatan generasi yang menyatukan pemikiran, menafsirkan realitas, dan mengolahnya menjadi solusi berbentuk desain produk.
Baca Juga: BGN Ambil Langkah Tegas! Tim Investigasi Gercep, Dapur Penyebab Keracunan Massal Ditutup
Setiap objek yang dipamerkan bukan sekadar benda mati, melainkan refleksi dari isu sosial, lingkungan, dan aspirasi yang ingin disampaikan kepada dunia.
Setiap karya adalah bentuk perlawanan terhadap batasan yang membatasi ekspresi, menjadi simbol bahwa desain bukan hanya milik segelintir orang, tetapi milik semua.
Lebih dari sekadar objek visual, setiap karya juga merupakan sebuah teks sebuah narasi yang dapat dibaca, ditafsirkan, dan dikontekstualisasikan sesuai dengan pengalaman serta pemahaman setiap individu yang menghadapinya.
Baca Juga: Geger Kasus Cium Kening di Unsri: Begini Investigasi, Fakta, dan Evaluasi Kampus
Lingkungan sebagai ruang hidup bersama menjadi salah satu poros eksplorasi desain.
Material ramah lingkungan, proses produksi yang berkelanjutan, serta fungsi yang memperhitungkan kesejahteraan semua makhluk adalah manifestasi kepedulian yang tertuang dalam setiap rancangan.
Dengan pendekatan ini, desain tidak hanya menciptakan produk, tetapi juga menyuarakan tanggung jawab terhadap ekosistem yang lebih luas.
Inklusivitas dalam desain juga berarti merangkul berbagai kelompok, mengakomodasi kebutuhan beragam pengguna, dan memastikan bahwa setiap individu dapat berpartisipasi dalam pengalaman desain yang adil dan setara.
Artikel Terkait
Respon Menohok Hanung Bramantyo soal Penayangan Film Merah Putih: One For All di Bioskop
Dua Seniman Asal Inggris Tampilkan The Rest of Our Lives di Jagongan Wagen PSBK Episode 154
Pendirian Museum Kartun Indonesia Banjir Dukungan, Kadisbudpar Kota Semarang Sebut Kota Lama Jadi Pilihan
Merayakan Warisan Sastra Fantasi Michael Ende di GoetheInstitut Jakarta, Pameran Masih Dibuka hingga 28 September 2025
Perupa Muda Sigit Handari Pameran Tunggal Werna Rena di Jiwa Gallery
Semarang Bersiap Gelar International Cartoon Festival 2025 di Kota Lama