SENANGSENANG.ID - Filsafat menjadi suatu ajaran memberikan dasar dasar ilmiah yang dibutuhkan dalam menuju kesempurnaan hidup.
Dalam masyarakat Jawa filosofi yang ada seperti Sangkan Paraning Dumadi, misalnya diharapkan dapat memberikan petunjuk bagaimana untuk menjadi manusia yang sempurna.
Demikian hal itu diungkap Prof. Dr. Sutrisna Wibawa, M.Pd. dalam Dialog Budaya Malam Sabtu Kliwon, di Ndalem Kepatihan Kadipaten Pakualaman, dengan tema "Sangkan Paraning Dumadi", Jumat 17 Februari 2023 malam.
Baca Juga: Horoskop Shio Ular Minggu 19 Februari 2023 Besok Tidak Mengecualikan Kerumitan Hubungan
"Filsafat diharapkan memberi petunjuk bagaimana seharusnya manusia hidup menjadi sempurna, yang baik memiliki kesusilaan dan tentunya bahagia," urai Sutrisna yang juga Ketua Dewan Pendidikan DIY dan berhikmah di Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta.
Dalam kehidupan masyarakat Jawa, nilai-nilai filosofi bukan hanya menjadi rangkaian ilmu teoritis saja namun dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.
Aturan yang disusun sebagai tata nilai kehidupan bagi orang Jawa menjadi semacam ajaran yang harus dituruti dan dilakukan agar hidup mendapat isi dan nilai.
Dalam pandangan Prof Sutrisna, Kadipaten Pakualaman memiliki ajaran yang demikian mendasar bagi pembentukan karakter manusia Jawa yaitu Enggeta Angga Pribadi Guna Titi Purun yang ini menjadi kunci untuk mempelajari dan mempraktikkan ajaran selanjutnya yaitu Sestradi.
"Sestradi sebagai ajaran yang banyak memberikan arah bagi kesempurnaan hidup sebagai manusia yang baik, meski sangat universal namun ajaran itu terasa lebih berbobot untuk kita," tandasnya.
Dialog yang di moderator KMT Reksoprojo ini juga menghadirkan Budayawan Kadipaten Pakualaman KPH Kusumoparastho sebagai pembicara pembanding, yang lebih menekankan pada proses kehidupan manusia dalam pandangan tata nilai budaya dan agama berpedoman pada Al Quran.
"Manusia itu terbentuk dari dua unsur yaitu ruh yang berasal dari alam ruh dan jasad yang menjadi wadah ruh ketika menjalankan misi kehidupan di bumi," urai Kangjeng Kusumo, begitu biasa disapa.
Ketika manusia mati, raga atau jasad yang terbentuk dari sari pati tanah akan dikubur dan kembali ke asalnya yaitu tanah.
Artikel Terkait
Dari Sarasehan Mengambil Energi Positif Karya Saptohudoyo di Imogiri Bantul, Begini para Seniman Berbicara
Dibintangi Erick Estrada dan Yunita Siregar, Film 'Mendung Tanpo Udan' Rampungkan Proses Shooting di Bantul
Teater Bahasa DeBritto, Reborn! Pentaskan 'Katastrofe Gundah Gulana' Besok Sabtu dan Minggu, Berikut Tiketnya
'Salah Move On' Tutup Trilogi Patah Hati Akadama yang Terinspirasi dari Surah Al Baqarah, dan Sebuah Pengakuan
Pertunjukan 'Orang-Orang Berbahaya' Sukses Membuat Warga Jateng Terpingkal-pingkal, Tak Terkecuali Ganjar