FAO Tetapkan Budi Daya Salak Bali Jadi Warisan Pertanian Dunia

photo author
- Senin, 23 September 2024 | 14:20 WIB
Potret petani salak di Bali. (Dok. FAO)
Potret petani salak di Bali. (Dok. FAO)

SENANGSENANG.ID - Badan Pangan Dunia (FAO) menetapkan sistem budi daya salak Bali atau Agroforestri sebagai warisan pertanian dunia.

Kementerian Pertanian dalam siaran persnya, Minggu 22 September 2024 menyebutkan bahwa ketetapan ini dilakukan oleh kelompok penasehat ilmiah Globally Importan Agricultural Heritage System (GIAHS) saat menggelar pertemuan pada 19 September 2024.

Dalam keterangannya, FAO menjelaskan salak Bali memiliki arti penting bagi pertanian global, di mana sistem tanamnya menunjukkan penghidupan dan keanekaragaman hayati serta praktik pengetahuan yang berkelanjutan.

Baca Juga: TBY Gelar Eksperimentasi Seni Musik 'Samirana' Karya Jaeko Siena, Ketika Suling Tak Lagi Ditiup

Selain itu, lanskap pertanaman salak Bali juga dinilai menakjubkan serta memiliki nilai-nilai kebudayaan dan praktik-praktik ketahanan pangan.

Sistem tersebut memiliki arti yang sangat penting pada kelestarian dan mata pencaharian.

Sebagai informasi, setiap bagian dari pohon salak Bali kerap dimanfaatkan masyarakat untuk berbagai keperluan sehingga menjadikan tanaman tersebut sebagai tanaman tanpa limbah.

Baca Juga: Keren, Dua Tim Mahasiswa Prodi DKV FSRD ISI Surakarta Lolos Babak Final Gemastik XVII 2024 di Unnes Semarang

Hal itu menunjukkan efisiensi sumber daya yang sangat tinggi dan menjadi salah satu alasan mengapa sistem ini dinilai sangat berkelanjutan oleh FAO​.

Untuk diketahui, masyarakat Bali juga mengintegrasikan sistem agroforesti dengan tanaman mangga, pisang, dan tanaman obat sehingga mampu memperluas diversifikasi tanaman​.

FAO menilai agroforestri di Bali mampu mengintegrasikan budi daya buah salak yang dikenal juga sebagai snake fruit karena kulitnya yang menyerupai kulit ular dengan beragam tanaman.

Baca Juga: Mobil Listrik Imut Mitsubishi eK X EV Siap Usik Pasar Wuling Air ev, Kapan Mengaspal di Indonesia?

Sistem itu dikembangkan masyarakat adat bali dengan menggunakan sistem subak tradisional dalam pengelolaan air.

Hebatnya, sistem itu mampu menunjukkan kemanan pangan serta menjaga nilai-nilai sosial dan warisan budaya lokal dan bahkan mampu memiliki tingkat keberlanjutan yang sangat baik untuk generasi mendatang.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Agoes Jumianto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Aksi Penutupan Aplikasi 'Mata Elang' Heboh di Medsos

Kamis, 18 Desember 2025 | 09:44 WIB
X