SENANGSENANG.ID - Matahari mulai memancarkan sinar hangatnya, ketika sejumlah lelaki berpakaian adat Jawa memanggul dua gunungan besar berisi hasil bumi khas Temanggung, berupa tembakau, buah, dan sayur.
Dipimpin Penjabat Bupati Temanggung Hary Agung Prabowo, dari Pendopo Jenar mereka melakukan kirab melalui Tugu Jam, depan Pasar Kliwon, dilanjutkan menuju Pendopo Pengayoman, dan berakhir di Alun-Alun.
Di tempat itu, ribuan petani telah menunggu arak-arakan, guna menggelar ritual Wiwit Mbako dan Festival Seni Budaya, Sabtu 4 Mei 2024.
Wiwit mbako merupakan adat atau tradisi petani di Kabupaten Temanggung jelang masa tanam dengan menggelar doa bersama.
Ritual yang diikuti kurang lebih 7.000 orang ini sangat meriah, namun tidak kehilangan khidmatnya dalam lantunan doa, yang dipimpin Ketua MUI Temanggung, KH Yakub Mubarok, diiringi para kiai lainnya.
Puncak acara semua yang hadir di Alun-alun mengikuti kembul bujono menikmati hidangan berupa bucu rasulan.
Penjabat Bupati Temanggung, Hary Agung Prabowo menyampaikan, kegiatan doa wiwit mbako dilaksanakan dalam masa awal tanam tembakau, sekaligus sebagai pelestarian kearifan lokal, serta semangat gotong royong untuk menciptakan kebersamaan.
“Dikandung maksud juga agar tembakau lebih baik dibanding tahun sebelumnya,” ujar dari atas panggung utama.
Hary berharap, agar diberikan cuaca baik, tanaman sehat, tumbuh baik, menghasilkan kualitas baik dan harga yang tinggi.
Sehingga, membawa dampak ekonomi yang lebih baik bagi semua yang terlibat, dalam usaha pertembakauan dan berdampak luas pula bagi masyarakat Kabupaten Temanggung pada umumnya.
Kapolda Jateng Irjen Pol Ahmad Luthfi yang didaulat memberikan wedaring pangandika, mengungkapkan rasa bangganya bisa ikut lebur manjing jur ajer bersama para petani dalam acara wiwit mbako tersebut.
Artikel Terkait
Ritual 'Mapag Wulan Siyam', Pakasa Cabang Kudus Gelar Kirab Sambut Bulan Suci Ramadan
Budaya Puja Pembacaan Tiga Sutta 24 Jam Non-stop Selama 8 Hari Berakhir Besok di Candi Borobudur
Sebaiknya Kamu Tahu: Tradisi Ruwahan Keraton Yogyakarta, Hajad Dalem Kintun Kuthomoro
Kisah Haru Oktaviyaningrum, Berjibaku Melahirkan saat Banjir Mengepung Kampungnya di Demak
Visualisasi Jalan Salib, Momen Umat Katolik Blora Kenang Sengsara dan Wafat Yesus Kristus
WKRI Magelang Napak Tilas Maria Sulastri, dari Makam Kerkof Muntilan ke Tarumartani Jogja