Bagi mereka, keberagaman budaya dan tradisi adalah kekayaan yang harus dijaga.
“Saya bukan umat Hindu, tapi setiap tahun saya selalu menyaksikan Melasti. Ritual ini mengajarkan kita untuk hidup selaras dengan alam,” kata Joko, warga Pasirian.
Baca Juga: Waduhh! Gaji Staf SPPG Nunggak Selama 3 Bulan, Ketua BGN Minta Maaf dan Sampaikan Alasan Ini
Seiring berjalannya waktu, Melasti di Watu Pecak juga menarik perhatian wisatawan dan fotografer.
Mereka terpesona dengan keindahan prosesi, mulai dari warna-warni pakaian adat hingga simbolisme yang terkandung dalam setiap gerakan tarian dan doa.
Menjelang akhir upacara, pemangku adat memberikan siraman air suci kepada umat yang hadir.
Baca Juga: Momen Langka! Anak-Anak Presiden Republik Indonesia Berkumpul di Perayaan Ulang Tahun Didit Prabowo
Siraman ini dipercaya membawa berkah dan membersihkan diri dari energi negatif.
Suara ombak semakin kencang, seolah mengamini harapan umat Hindu yang telah melarungkan doa-doa mereka ke lautan.
Sebagai penutup, Teguh Widodo mengingatkan bahwa ajaran Hindu menekankan Tri Hita Karana – tiga prinsip utama untuk mencapai kehidupan harmonis, yakni hubungan yang baik dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam.
“Harapannya umat Hindu bisa menjaga keharmonisan ini, sehingga kehidupan tetap berjalan seimbang dan penuh berkah,” pungkasnya.
Dengan berakhirnya upacara Melasti, umat Hindu Tengger kembali ke rumah masing-masing dengan hati yang lebih tenang dan suci.
Mereka bersiap menyambut Nyepi, hari penuh keheningan untuk merenungi perjalanan hidup dan memperkuat spiritualitas.**
Artikel Terkait
Ini 4 Tradisi Unik yang Hanya Diadakan pada saat Perayaan Nyepi
Hari Raya Nyepi, Penyeberangan Jawa-Bali-Lombok Ditutup Selama 29 Jam
Tingkat Hunian Hotel di Bali Naik Signifikan Selama Hari Raya Nyepi, Ini Datanya Menurut Hotel Indonesia Group
Teguhkan Identitas Kampus Beragama, Universitas Moestopo Bangun Tempat Ibadah Umat Hindu
Puluhan Warga Binaan Beragama Hindu di Jatim Dapat Remisi Nyepi 2024
Umat Hindu Warga Pasek Gelgel Bali Gelar Doa di Candi Siwa, Dedok Melukis Garuda of Love from Prambanan