Tangisan Si Miskin Jadi Tema dalam Novena Laudato Si’ Periode ke-4 di Gua Maria Sendang Jatiningsih

photo author
- Senin, 12 Mei 2025 | 12:55 WIB
Novena Laudato Si’ periode keempat di Taman Doa Maria Ratu Perdamaian Sendang Jatiningsih. (Foto: Istimewa)
Novena Laudato Si’ periode keempat di Taman Doa Maria Ratu Perdamaian Sendang Jatiningsih. (Foto: Istimewa)

SENANGSENANG.IDKevikepan Yogyakarta Barat kembali menggelar Novena Laudato Si’ periode keempat dengan tema Tangisan Si Miskin.

Kegiatan ini berlangsung di Taman Doa Maria Ratu Perdamaian Sendang Jatiningsih, wilayah Paroki St. Petrus dan Paulus Klepu, Sleman, belum lama ini.

Bertepatan dengan Minggu pangilan dan juga Novena V hari jadi Taman Doa Maria Ratu Perdamaian Sendang Jatiningsih, acara ini diawali dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan Mars Keuskupan Agung Semarang, yang dibawakan secara meriah oleh paduan suara anak-anak dari TK Kanisius Jetis Depok, Minggir.

Baca Juga: Kronologi Pria di Palembang Dibacok Saat Akan Menikah, Ada Dendam Lama

Pembukaan dipandu oleh Pak Riyanto selaku pembawa acara, yang mengawal rangkaian kegiatan mulai dari doa pembukaan hingga pengantar menuju perayaan Ekaristi.

Dihadiri lebih dari 1200 umat diajak mendalami katekese oleh Rm Bernadus Himawan, Pr. dalam pesannya, manusia dipanggil untuk menjadi 'penjaga taman' (Kejadian 2:15), tetapi dosa merusak harmoni ini (Roma 8:19-22), manusia lebih memikirkan untuk mengekploitasi bumi tetapi lupa memelihara bumi ciptan-Nya.

Ketika suatu kebijakan baik tidak segera dilaksanakan dalam kehidupan pribadi dan sosial, maka muncul ketimpangan, termasuk ketidak seimbangan ekologis.

Rm. Y. Dwi Harsanto, Pr dan Rm. Adolfus Suratmo, Pr melakukan penanaman pohon Bodhi dan Gayam sebagai wujud komitmen menjaga keseimbangan ekosistem.
Rm. Y. Dwi Harsanto, Pr dan Rm. Adolfus Suratmo, Pr melakukan penanaman pohon Bodhi dan Gayam sebagai wujud komitmen menjaga keseimbangan ekosistem. (Foto: Istimewa)

"Oleh karena itu, tidak cukup kita berbicara tentang keutuhan ekosistem," terang Romo Himawan.

"Kita harus terus berani berbicara tentang keutuhan hidup dan nilai-nilai kehidupan ciptaan-Nya," tandasnya.

Hilangnya kesadaran manusia pada perlindungan alam ciptaan, yang terlalu menginginkan menguasai sumber daya alam yang dianggap tanpa batas, akhirnya hanya akan membawa kerugi-an bagi umat manusia, alam dan lingkungan.

Baca Juga: MilkLife Archery Challenge 2025 Seri 1: SD Al Islam Pengkol Jepara Juara Umum, Arsakha dan Syanum Rebut Gelar Individu

Beliau menyoroti ketimpangan sistem pengelolaan sumber daya yang mengakibatkan penderitaan bagi kaum miskin.

“Mereka yang paling bergantung pada alam justru paling menderita karena tidak mendapatkan akses yang layak terhadap teknologi, pendidikan, maupun perlindungan,” ujar Romo Himawan.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Agoes Jumianto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X