Studi Bersama dan Refleksi Gereja Keuskupan Agung Semarang, Segarkan Kembali Semangat Perintis Gereja KAS

photo author
- Minggu, 8 Juni 2025 | 10:50 WIB
 Studi Bersama dan Refleksi tentang Dinamika Hidup Menggereja di KAS. (Istimewa)
Studi Bersama dan Refleksi tentang Dinamika Hidup Menggereja di KAS. (Istimewa)

Karya-karya pendidikan, kesehatan, sosial merupakan pilar yang tidak boleh dilupakan dalam gerek dinamika pertumbuhan Gereja KAS.

Baca Juga: Baru Paham Setelah Baca Artikel Ini, Mengapa Visual Iklan Arloji Selalu Menunjukkan Pukul 10.10?

Melalui karya-karya itulah wajah Gereja Katolik semakin dikenal dan membawa dampak bagi masyarakat. Dinamika pertumbuhan Gereja juga tidak pernah terlepas dari kehadiran paroki.

Romo Hasto menyebut ada beberapa model kemunculan paroki di Gereja KAS, antara lain: paroki sebagai kompleks karya misi “wajah Gereja” (Muntilan, Boro, Ambarawa), Paroki sejalan dengan perkembangan “karya pendidikan” (Purbayan, Klaten, Wonosari, Temanggung, Ungaran).

Paroki sebagai “strategi misi” (Randusari Katedral, Karanganyar, “Ngablak” Kopeng), dan Paroki “tata-kota” (Banyumanik, Minomartani, Palur), Paroki “kategorial” (Panca Arga, Pangkalan), dan Paroki “tradisional” (Boro, Promasan, Nanggulan; Klaten, Delanggu, Jombor, Cawas, Wedi, Kebonarum).

Baca Juga: Setelah Tim Garuda Lolos ke Round 4, Erick Thohir Ungkap 2 Laga Uji Coba di September 2025

Pentingnya Refleksi Integral

Romo Mulyatno menekankan pentingnya refleksi integral dalam berbagai bentuk untuk hidup lebih baik.

“Kita perlu mengembangkan budaya refleksi yang integral, baik refleksi pribadi, komunitas, maupun lembaga. Refleksi juga dilakukan melalui observasi yang kontinyu dan perbaikan yang berkelanjutan”, tutur dekan Fakultas Teologi USD ini.

Baca Juga: Samsung Luncurkan Galaxy A06 5G, Hape Dua Jutaan Jagoan Gaming Anti Lag Disokong Dimensity 6300

Lembaga berfokus pada gerakan seragam (selebrasi, event). Komunitas memiliki peran alternatif, variatif, inovatif, kreatif dan kebhinekaan yang menjangkau segala lapisan masyarakat.

Lembaga dan komunitas tranformatif mengapresiasi dan mendorong perorangan masuk dalam sendi-sendi kehidupan masyarakat untuk membumikan Injil.

“Kelembagaan yang beku dan komunitas eksklusif melemahkan gerakan perorangan (takut, apatis, dan menikmati zona nyaman)”, tegasnya.

Baca Juga: 35 Tahun Riset dan Inovasi Peternakan, Kini Guru Besar UGM Dipercaya Jadi Tenaga Ahli Menteri Pertanian

Terus Berbagi Berkah

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Agoes Jumianto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X