Pertunjukan Teater 'Mangiring' di PSBK, Komunitas Sakatoya Kritisi Konsep Adat Istiadat Batak

photo author
- Minggu, 26 November 2023 | 13:55 WIB
Salah satu adegan dalam pementasan teater Mangiring di PSBK. (Foto: Teguh Priyono)
Salah satu adegan dalam pementasan teater Mangiring di PSBK. (Foto: Teguh Priyono)

SENANGSENANG.ID - Komunitas Sakatoya menggelar pertunjukan terbarunya dengan lakon Mangiring di Pusat Seni Bagong Kussudiardja (PSBK), Kembaran, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Sabtu 25 November 2023 malam, memukau sekaligus menghanyutkan perasaan penonton larut dalam alur cerita yang dibangun.

Pertunjukan teater persembahan Jagongan Wagen Episode 151 ini, salah satu upaya melanjutkan spirit maestro seni Indonesia Bagong Kussudiardja yang menempatkan PSBK sebagai art center dengan misi mendukung pengembangan kreativitas berkesenian para seniman dan masyarakat.

Penampilan Mangiring besutan karya Miftahul Maghfira Simanjuntak sekaligus sutradara pementasan itu, berhasil memberikan tontonan bermutu kepada penontonnya.

Baca Juga: Banyak yang Belum Tahu, Penderita Lima Penyakit Ini Dilarang Minum Kopi

Cerita yang mengangkat tema kehidupan adat masyarakat Batak ini, begitu menyentuh dan memiliki kekuatan mengaduk aduk emosi penonton dalam setiap agedannya.

Meski durasi panggung tidak panjang dan ringkes, tetapi para pemain seperti Ninda Fillasputri (Sondang), Biola Alexandra sebagai Lamtiur, Kevin Abani tokoh Domu, dan Eskhana Carmelia Sibarani menjadi Uli, secara total bermain penuh penghayatan sebagai orang Batak adanya.

Meski hanya Carmelia Sibarani yang benar benar memiliki darah Batak sedang tiga pemain lainnya justru berasal dari Jawa.

Baca Juga: Hari Guru Nasional, Presiden dan Mendikbudristek Rayakan Gerakan Merdeka Belajar bersama Ribuan Guru

"Ini memang sangat unik pementasannya, karena para pemain dalam cerita ini mereka samua  sekali bukan orang Batak, cuma pemeran Uli saja yang memiliki darah Batak," tutur Miftahul.

Menurut dia, cerita ini mengambil potongan kisah kehidupan dalam masyarakat adat Batak yang masih begitu kuat memegang adat mereka terkait seorang anak laki laki dalam mewariskan marga mereka.

Sebuah keluarga akan merasa tersisih dalam keluarga besarnya jika tidak memiliki anak laki-laki.

Hal itu terjadi dalam keluarga Domu yang menikah dengan Lamtiur yang hanya dikaruniai seorang anak perempuan bernama Uli yang dalam adat Batak tidak disebut sebagai anak tetapi Boru yang hanya bisa di dapur.

Baca Juga: FKDM Harus Samakan Frekuensi Amankan Kerawanan Pemilu, Singgih Raharjo: Jika Ada Percikan Kecil Segera Deteksi Sejak Dini

Alur cerita diawali dengan kemeriahan pesta perkawinan antara Domu dan Lamtiur sebagai adat Batak dalam pesta perkawinan itu selalu ada doa kesehatan, keselamatan serta kebahagiaan yang disimbolkan dengan pemberian kain ulos Mangiring dari mertua kepada menantu perempuannya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Agoes Jumianto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X