Jogja Terbuat dari Rindu, Pulang, dan Angkringan, Ini 5 Puisi Joko Pinurbo Penuh Makna yang Jadi Warisan Kenangan

photo author
- Sabtu, 27 April 2024 | 11:34 WIB
Joko Pinurbo. (Istimewa)
Joko Pinurbo. (Istimewa)

Ah, cita-cita. Makin hari kesibukan
makin bertumpuk, uang makin banyak
maunya, jalanan macet, akhirnya
pulang terlambat.

Seperti turis lokal saja,
singgah menginap di rumah sendiri
buat sekedar melepas penat.

Terberkatilah waktu yang dengan tekun
dan sabar membangun sengkarut tubuhku
menjadi rumah besar yang ditunggui
seorang ibu. Ibu waktu berbisik mesra,
"Sudah kubuatkan sarang senja
di bujur barat tubuhmu. Senja sedang
berhangat-hangat di dalam sarangnya."

Baca Juga: Tiga Korban Tertimbun Longsor di Kabupaten Garut Ditemukan Meninggal Dunia

4. Kepada Uang

Uang, berilah aku rumah yang murah saja,
yang cukup nyaman buat berteduh
senja-senjaku, yang jendelanya
hijau menganga seperti jendela mataku.

Sabar ya, aku harus menabung dulu.
Menabung laparmu, menabung mimpimu.
Mungkin juga harus menguras cadangan sakitmu.

Uang, berilah aku ranjang yang lugu saja,
yang cukup hangat buat merawat
encok-encokku, yang kakinya
lentur dan liat seperti kaki masa kecilku.

Baca Juga: Pj Gubernur Nana Sudjana Mainkan Mobile Legend, Tandai Peluncuran Specta 2024 Genjot Sport Tourism di Jateng

5. Doa Seorang Pesolek

Tuhan yang cantik,
temani aku
yang sedang menyepi
di rimba kosmetik.

Nyalakan lanskap
pada alisku yang gelap.

Ceburkan bulan
ke lubuk mataku yang dalam.

Taburkan hitam
pada rambutku yang suram.

Hangatkan merah
pada bibirku yang resah.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Agoes Jumianto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X