Kolaborasi Nano Warsono dan Vherkudara Sajikan Pameran Penuh Reflektif Jogja Incognita

photo author
- Rabu, 4 September 2024 | 17:29 WIB
Nano Warsono bersama Suwarno Wisetrotomo saat pembukaan pameran Jogja Incognita. (Foto: Desta Wasesa)
Nano Warsono bersama Suwarno Wisetrotomo saat pembukaan pameran Jogja Incognita. (Foto: Desta Wasesa)

SENANGSENANG.ID - Jogja Incognita. Begitu Nano Warsono, seniman asal Yogyakarta bersama Vherkudara Spirit memberi tajuk pameran yang digelar di galeri sekaligus gerai kacamata Vherkudara, Sleman.

Tajuk itu terinspirasi dari bahasa latin dalam dunia kartografi untuk menandai daerah atau wilayah yang belum dipetakan atau didokumentasikan.

Pameran yang berlangsung hingga Desember 2024 itu adalah refleksi sekaligus memori kolektif Nano selama 25 tahun tumbuh di Yogyakarta.

Baca Juga: Fakta! Pencabulan Terhadap Anak Kian Marak, Bisa Lewat Internet? Pelajari Modus dan Perlindungan

"Jogja Incognita" menjadi refleksi mendalam dan kritis terhadap Yogyakarta, tanah asing yang didatangi Nano akhir 90an.

"Jadi merujuk ke pengalaman ketika pertama kali datang ke Yogya, saya dari Jepara. Saya tidak modal dan pengetahuan apa-apa sehingga beranggapan Yogya itu Terra Incognita, tanah tidak dikenal," kata Nano ketika ditemui saat pembukaan pameran Selasa 3 September 2024 malam di Vherkudara.

Datang tanpa informasi apa-apa tentang Yogyakarta membuat Nano berupaya mengenalinya lewat seni yang digali dari banyak ruang, mulai kampus, warga, sampai kawan perupa yang lebih dulu memancang nasib di kota ini.

Baca Juga: Kampanye Politik dan Penggunaan AI, dari yang Memperbolehkan sampai yang Melarang, Begini Seharusnya

Tiap gambar yang dipamerkan menangkup perilaku dan pengalaman dalam mengenali Yogyakarta sehingga "Jogja Incognita" menjadi monumen memori kolektifnya.

"Modal awal saya ke Yogyakarta hanya kertas dan tinta. Gambar apa saja. Dari sana karya-karya ini hitam-putih, sederhana saja. Tiap gambar adalah proses saya mengenali Yogya," sambung Nano.

Nano membagi memorinya lewat gambar-gambar yang merespon band-band alternatif hingga metal pertengahan 90an sampai awal 2000an.

Baca Juga: AI Senjata Baru Caleg untuk Kampanye, AS dan Inggris Punya Taktik Jitu, Bisa Dicoba para Paslon di Pilkada 2024

Gambar-gambar itu ia buat saat masih kuliah, terinspirasi dari artwork sampul kaset.

Lalu, mural, berisi gambar-gambar yang memuat pandangannya terhadap dinamika Yogyakarta.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Agoes Jumianto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X