SENANGSENANG.ID – Krisis lingkungan yang semakin nyata di Yogyakarta kini direspons melalui seni.
Pameran multisensori bertajuk “Panic to Magic: Seni Mengolah Krisis Lingkungan” digelar di Dusun Panggungharjo, Bantul, pada 22–24 November 2025.
Acara ini menampilkan karya foto dokumenter, film, seni tradisi jathilan, hingga kerajinan dari limbah plastik dan minyak jelantah, sebagai refleksi atas keresahan ekologis sekaligus ajakan untuk bertindak.
Krisis Jadi Inspirasi
Penutupan TPA Piyungan menjadi pemicu keresahan warga atas rapuhnya sistem pengelolaan sampah kota.
Udara panas, sungai berubah warna, dan ruang hijau yang menyusut semakin menegaskan krisis ekologis di Yogyakarta.
Dari kepanikan itu, lahirlah gagasan untuk menjadikan seni sebagai medium refleksi dan solusi kreatif.
Baca Juga: Pendowoharjo Gelar Potensi Budaya 2025, Langkah Menuju Desa Rintisan Budaya
Kolaborasi Akademisi dan Komunitas
Pameran ini merupakan hasil kerja sama Komunitas Seni Jathilan Panggung Perwira dengan tim Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta melalui Program Inovasi Seni Nusantara (PISN) 2025.
Tim yang dipimpin Endang Purwasari bersama Dessy Rachma Waryanti, Varatisha Anjani Abdullah, dan Dwi Putri Nugrahaning Widhi mendampingi warga dan kawula muda untuk menghasilkan karya bertema Ekologi Visual Nusantara: Potret Krisis dan Inovasi Seni untuk Kesadaran Lingkungan.
Dari Panik ke “Magic”
Artikel Terkait
Primo Temporis #3 Inklusif: Pameran Desain Produk Karya Mahasiswa ISI Yogyakarta di Pendhapa Art Space
Angkat Isu Sistem Drainase dan Zona Hijau Kota Solo, Mahasiswa DKV ISI Surakarta Gelar Pameran Imajinarium
Pameran Maket Journey 4 di PAS, Awali Rangkaian Program API DIY
Misi Grafis 93 Gelar Pameran Reuni 'Jejak dan Resonansi' di Indie Art House
26 Perupa Ikuti Pameran 'Urip iku Urup' di Shaktikerta Fine Art Space Sragen
Pameran Internasional 'Interfaith' di UIN Walisongo: Seni Jadi Jembatan Kerukunan