Ketua Komunitas Panggung Perwira, Fajar Budiaji, menegaskan bahwa pameran ini memberi inspirasi bagi warga untuk menggelar arsip pameran warga.
“Magic” itu tampak dalam inisiatif warga: cara baru mengelola sampah, kegiatan kampung ramah lingkungan, ruang kreatif bagi anak muda, hingga kolaborasi seni yang mengubah keresahan menjadi gagasan visual.
Baca Juga: Wapres Gibran Promosikan Program Makan Bergizi Gratis di KTT G20, Publik Soroti Masalah di Lapangan
Ajakan untuk Bertindak
“Panic to Magic” bukan sekadar pameran, melainkan ajakan untuk melihat lebih dekat, merasakan lebih dalam, dan terlibat lebih jauh dalam isu lingkungan.
Dari keresahan akibat penutupan TPA Piyungan hingga semangat warga Panggungharjo, pameran ini menunjukkan bahwa perubahan bisa dimulai dari langkah kecil, keberanian, dan kepedulian bersama.**
Artikel Terkait
Primo Temporis #3 Inklusif: Pameran Desain Produk Karya Mahasiswa ISI Yogyakarta di Pendhapa Art Space
Angkat Isu Sistem Drainase dan Zona Hijau Kota Solo, Mahasiswa DKV ISI Surakarta Gelar Pameran Imajinarium
Pameran Maket Journey 4 di PAS, Awali Rangkaian Program API DIY
Misi Grafis 93 Gelar Pameran Reuni 'Jejak dan Resonansi' di Indie Art House
26 Perupa Ikuti Pameran 'Urip iku Urup' di Shaktikerta Fine Art Space Sragen
Pameran Internasional 'Interfaith' di UIN Walisongo: Seni Jadi Jembatan Kerukunan