SENANGSENANG.ID - Jagongan Wagen episode 153 di Padepokan Seni Bagong Kussudiardja (PSBK) pada Rabu 30 Juli 2025, mempresentasikan pertunjukan bertajuk Tiny Revolutions, sebuah parficipatory performence karya PVI Collective dari Perth Australia.
Acara yang dihelat sore hari di Gegung Layang-Layang PSBK Kembaran, Tamantirto, Kasihan, Bantul ini merupakan bagian dari tour internasional mereka di tahun 2025.
Dan untuk Indonesia karya ini dipentaskan di PSBK Yogyakarta dan Salihara (Jakarta) kolaborasi antara PVI Collective, PSBK dan Salihara mendapat dukungan dari Creative Australia.
Baca Juga: KPK Masih Menunggu Surat Resmi dari Presiden Terkait Amnesti kepada Hasto Kristiyanto
Menurut Keni Soeriaatmadja pemandu pementasan, pementasan ini merupakan kolaborasi lintas budaya sekaligus menghadirkan Tiny Revolutions di Indonesia untuk pertama kali yang melibatkan para seniman, pemikir dan penonton lokal dalam sebuah karya yang mengurai isu-isu relevan dengan kota mereka dalam konteks global.
"Tiny Revolutions merupakan proyek kartisipatoris yang bertujuan untuk mengembangkan iklim perlawanan kreatif dalam menanggapi tantangan global paling besar yang dihadapi masyarakat saat ini," urainya saat memandu pertunjukan yang digelar menjadi 2 sesi dalam durasi masing masing 60 menit pada pukul 15.30-17.00 sesi pertama dan sesi kedua pukul 19.30 - 21.00.
Dalam pertunjukan ini, penonton sekaligus menjadi peserta diskusi yang dikelompokan dalam 8 meja beridentitas warna sebagai pembeda kelompok.
Selain itu ada satu meja di tengah yang menjadi sentral bagi pemandu, pendamping meja warna, pengatur waktu dan pembaca kartu instruksi.
Ruangan di setting sebagai tempat rapat tersembunyi dengan aturan ketat tidak diperbolehkan memotret, patuh dengan instruksi pemandu yang menjadi tokoh sentral diskusi tertait gerakan revolusi perlawanan pada kesenjangan yang terjadi di masyarakat.
Pada langit langit ruang dihias dengan sejumlah foto tokoh diantaranya Cut Nyak Dien, Munir dan Wiji Tukul serta sejumlah nama lainnya.
Baca Juga: Prabowo Beri Abolisi ke Tom Lembong dan Amnesti untuk Hasto, Istana: Demi Persatuan Bangsa
Setiap meja warna diberi seorang pendamping bertugas sebagai kurir yang kemudian menyampaikan hasil diskusi kecil di masing masing meja untuk dibahas di meja sentral.
Suasana terbangun sedemikian serius layaknya rapat gelap yang sedang berjalan secara rahasia.