Dinkes Gunungkidul Ungkap Penyebab Keracunan Massal MBG di Saptosari, Soroti Sanitasi Dapur Sehat

photo author
- Sabtu, 1 November 2025 | 10:32 WIB
Bupati Endah Subekti Kuntariningsih sidak ke Dapur MBG. Dinkes Gunungkidul ungkap penyebab keracunan massal di Saptosari. (Foto: Istimewa)
Bupati Endah Subekti Kuntariningsih sidak ke Dapur MBG. Dinkes Gunungkidul ungkap penyebab keracunan massal di Saptosari. (Foto: Istimewa)

Pelatihan ini bertujuan meningkatkan kesadaran akan higienitas dan keamanan pangan.

“Kami ingin memastikan petugas dapur memahami cara penanganan bahan pangan yang aman, mulai dari penyimpanan, pengolahan, hingga distribusi. Makanan tidak boleh berada di perjalanan lebih dari empat jam agar tetap aman dikonsumsi,” tegas Ismono.

Setiap kali terjadi kasus keracunan, Dinkes langsung mengaktifkan Tim Gerak Cepat (TGC) untuk melakukan verifikasi lapangan.

Tim ini bertugas mengumpulkan sampel makanan, air, muntahan, dan feses pasien untuk dianalisis di laboratorium.

Baca Juga: Potret Pelari di Ruang Publik Picu Pro-Kontra: Antara Seni, Privasi, dan Ancaman AI

“Hasil pemeriksaan TGC menjadi dasar evaluasi dan pelaporan resmi. Kami pastikan penanganan dilakukan secara berjenjang,” ujarnya.

Evaluasi Dapur Sehat dan Kendala Teknis

Dalam forum resmi yang dihadiri Bupati Gunungkidul Endah Subekti Kuntariningsih, pimpinan DPRD, Forkopimda, dan para pemangku kepentingan MBG, Ismono menegaskan bahwa insiden di Saptosari menjadi pelajaran penting untuk memperketat pengawasan dan meningkatkan kesiapan sistem kesehatan masyarakat.

“Berdasarkan hasil Zoom meeting dengan Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kesehatan, setiap SPPG wajib memiliki sertifikat laik sanitasi dan dilakukan monitoring berkala terhadap aspek kebersihan dan keamanan pangan,” katanya.

Baca Juga: Mafindo dan Diskominfo Magelang Gelar Pelatihan AI untuk Guru PAUD: Dorong Pembelajaran Inovatif dan Beretika

Dari hasil evaluasi hingga akhir Oktober, tercatat 29 dapur sehat dinyatakan siap operasional dengan nilai inspeksi di atas 30 persen, memenuhi standar air minum, dan memiliki sertifikat pelatihan.

Namun, sebagian lainnya masih membutuhkan pembenahan, terutama dalam pengelolaan limbah, penataan dapur, dan suplai air bersih.

Ismono juga mengungkapkan sejumlah kendala teknis di lapangan, seperti air minum yang belum memenuhi standar baku mutu, sistem pembuangan limbah yang belum tertata, serta tata letak dapur yang berisiko menimbulkan kontaminasi silang.

Baca Juga: Tarif Tol Solo–Jogja 2025: Mulai Rp3.500 hingga Rp84.500, Ini Rincian Lengkapnya

Proses pemeriksaan kualitas air minum memerlukan waktu tiga hingga tujuh hari karena harus melalui uji bakteri E. coli di laboratorium.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Agoes Jumianto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Aksi Penutupan Aplikasi 'Mata Elang' Heboh di Medsos

Kamis, 18 Desember 2025 | 09:44 WIB
X