Catatan itu jauh meninggalkan para kompetitornya di kelas 55 kilogram putri.
Baca Juga: Peparnas XVII Solo 2024 Picu Lonjakan Okupansi Hotel, Intip Data dan Faktanya
"Ada deg-degan ada grogi, tetapi ya Alhamdulillah bisa diatasi. Hasil ini sesuai target pribadi dan target kontingen untuk mendapatkan emas,” ujar Sri, saat ditemui setelah pertandingan, seperti dilansir laman Peparnas.
Sri Ramadani menyadari bahwa persaingan di kelas 55 kilogram putri tidaklah mudah.
Keberadaan wakil para angkat berat asal kontingen Papua menjadi lawan- lawan yang tak bisa diremehkan.
Apalagi mereka punya lifter jagoan, Dewi Asih, yang berhasil pecah rekor lebih dulu dengan angkatan seberat 80 kilogram.
Dengan latihan yang intens dan menjaga pola makan, Sri Ramadani mampu memberikan yang terbaik dalam pertandingan perdananya.
"Saya sudah lama menjalani latihan, cuma baru kali ini ikut kejuaraan. Pola makan ada juga yang dijaga, ada yang di berikan ada yang dilarang, jangan makan ini jangan konsumsi ini, untuk kesehatan juga," tutur Sri Ramadani.
Baca Juga: Prabowo Dinobatkan Tokoh Islam Berpengaruh Dunia, Bersanding dengan MBZ, MBS hingga Erdogan
Perjuangan Berat Sri Ramadani
Sri Ramadani lahir pada 5 Desember 1985 di Deli Serdang, Sumatra
Sumatra Utara. Putri dari pasangan Teigof dan Jainah ini sebenarnya lahir dalam kondisi sehat.
Akan tetapi, dia kemudian terkena polio saat berusia dua tahun. Kondisi ini membuat kakinya tidak bisa berkembang sempurna.
Artikel Terkait
Kisah Inspiratif Relawan Peparnas XVII, Motivasi dan Pengalaman Berharga di Solo
ASEAN Para Sport Federation Puji Fasilitas Internasional di Peparnas XVII Solo 2024
Sekjen APSF Wandee Tosuwan: Media Center Peparnas XVII Solo Harus Jadi Standar Dunia
Peparnas XVII Solo 2024 Hari Keempat Kontingan Tuan Rumah Jateng Masih Memimpin Perolehan Medali, Jabar di Posisi ke-2
Peparnas XVII Solo 2024 Picu Lonjakan Okupansi Hotel, Intip Data dan Faktanya
Dulu Dibully, Kini Agnes M Yowei Jadi Harapan Papua di Peparnas XVII Solo 2024