"Pendidikan tanpa batas sangat relevan dengan konsep PBTY tahun ini di mana menghubungkan masa lalu, kini dan masa depan, salah satunya tentang batik peranakan yang jadi simbol akulturasi Jawa dan Tionghoa. Mari jadikan PBTY untuk momen belajar, berbagi dan merasakan kekayaan budaya Jogja," ujarnya.
Ketua Panitia PBTY 2024 Ernest Lianggar Kurniawan menjelaskan, gelaran kali ini lebih mengedepankan edukasi budaya Tionghoa Mataram yang belum banyak dikenal masyarakat.
Di mana ada ruangan yang dibuat seperti museum dan ruang pameran yang disajkan.
“Kalau di tahun-tahun sebelumnya PBTY berlangsung di Kawasan Ketandan yang lebih banyak mengedepankan pertunjukan kesenian, kali ini bergeser ke Perkumpulan Budi Abadi yang mengutamakan edukasi tentang budaya-budaya Tionghoa yang belum banyak dikenal masyarakat, seperti barongsai dari masa ke masa, meja sembahyang beserta isinya, serta banyak budaya lainnya,” jelasnya.
Sementara itu salah satu pengunjung asal China yang juga merupakan mahasiswi program internasional Universitas Gadjah Mada, Yuqiong Lin menceritakan kesannya saat berkunjung ke PBTY.
"Memang ada beberapa perbedaan terkait tradisi dan serangkaian perayaan Imlek di sini dan negara asal saya, tapi dari energi dan suasananya sama meriahnya. Saya sangat senang dan semoga semakin banyak yang datang ke sini," ceritanya.**
Artikel Terkait
Ini Destinasi Wisata di Kota Solo yang Ramai Dikunjungi Wisatawan Selama Gelaran Piala Dunia U-17
Reresik Malioboro Matangkan Kesiapan Jogja Sambut 9 Juta Wisatawan pada Libur Nataru
Baru di Jogja, Pusat Informasi Kotabaru Sajikan Wawasan Sejarah hingga Pesona Wisata
Jadi Pengunjung Pertama Candi Borobudur di Tahun 2024, Warga Tangerang dan Taiwan Dapat Apresiasi dari TWC
Kemenparekraf Siapkan Peta Perjalanan Wisata Jelang Libur Imlek 2024, Salah Satunya Ada di Pasar Gede Solo
Kotabaru Makin Ciamik, Ornamen Imlek Warna-warni Hiasi Pedestrian Jalan Suroto Yogyakarta