Uskup Agung Semarang Mgr Rubiyatmoko Sebut Penyelenggaraan Pendidikan Katolik Sangat Kompleks, Ini Faktanya

photo author
- Jumat, 23 Mei 2025 | 23:16 WIB
Pendidikan dan Pelatihan Ekselensi bertajuk Transformasi Sekolah Katolik Keuskupan Agung Semarang, di Pusat Pastoral Sanjaya Muntilan, Jumat 23 Mei 2025. (Istimewa)
Pendidikan dan Pelatihan Ekselensi bertajuk Transformasi Sekolah Katolik Keuskupan Agung Semarang, di Pusat Pastoral Sanjaya Muntilan, Jumat 23 Mei 2025. (Istimewa)

Dikatakan Uskup Agung Semarang tersebut penyelenggara pendidikan Katolik sudah menyadari hanya separuh lebih umat Katolik yang bersekolah di sekolah Katolik. Namun diingatkannya untuk tidak berkecil hati.

Baca Juga: Shell Resmi Melepas Seluruh SPBU-nya di Indonesia, Ada Apa? Begini Respon Menteri ESDM

“Memang anak katolik hanya sedikit, 50 persen tetapi itu semua kita openi,” ajaknya.

Di hadapan pengurus LEKAS, pemerhati pendidikan, yayasan Katolik di bawah KAS, Mgr. Robertus Rubiyatmoko mengggaris bawahi lagi bahwa melalui pendidikan yang menyeluruh (komprehensif), Gereja ingin membina orang-orang muda menjadi pribadi-pribadi yang dewasa-utuh otentik-seimbang, baik secara fisik, intelektual, moral dan spiritual.

”Dengan pola pendidikan seperti ini kita mengharapkan hasil yang membanggakan, yakni pribadi-pribadi yang beriman cerdas, tangguh, misioner, dan dialogis atau (CTMD),” ingatnya.

Baca Juga: Wamenaker Desak PT Sritex Tetap Bayar Pesangon Mantan Karyawan yang Kena PHK di Tengah Isu Korupsi Iwan Lukminto

Berkolaborasi

Romo Yuvensius Deny Sulistiawan, Pr. Selaku Kepala UPP Pendidikan KAS, Penanggung jawab LEKAS menjelaskan lembaga tersebut merupakan buah dari Sinode Pendidikan KAS pada tahun 2023.

“Sinode itu melahirkan rekomendasi-rekomendasi tentang kekatolikan, guru, mutu pendikan dan lainnya yang muncul dari berbagai ekosistem. Lalu hasil sinoda diserahkan umat sebagai pekerjaan Bapa Uskup,” kata Romo Deny.

Baca Juga: Bareskrim Pastikan Keaslian Ijazah Jokowi, Ini Bukti dan Hasil Pemeriksaannya

UPP Pendidikan KAS yang mendapat tugas kemudian melakukan diskusi panjang bersama tiga perguruan tinggi Katolik.

“Di sana muncul kesadaran kitra harus melangkahkan kaki bersama, bersinergi, berkolabirasi serta bertransformasi dengan bersama lembaga-lembaga pendidikan di KAS,” ujarnya.

Dari situ muncul lembaga baru bernama LEKAS, yang berusaha memujudkan mimpi-mimpi bersama lembaga pendidikan bagaimana gereja kita memiliki satu mekanisme untuk merefleksi memproyeksikan, supaya karya-karya pendidikan lembaga pendidikan Katolik semakin berkembang.

Baca Juga: Menikmati Pameran 'Pasar Malam' di Pendhapa Art Space Karya 15 Seniman Indonesia dan Australia

Sementara Sekretaris Komisi Pendidikan KWI Romo Antonius Vico Christiawan SJ mengatakan pembentukan LEKAS sejalan dengan renstra Konferensi Waligereja Indonesia (KWI).

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Agoes Jumianto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X