Sejak era ASRI (Akademi Seni Rupa Indonesia) yang didirikan pada 1955-an oleh Ir. Soekarno, kota ini telah membentuk tonggak penting dalam jejak sejarah seni rupa Indonesia, mencetak kelompok seniman, seniman individu, wacana seni yang transformatif, hingga ensiklopedia estetika seni.
Namun demikian, keterhubungan antara karya seniman dengan apresiasi pasar seni masih menjadi tantangan yang perlu dijembatani.
Selama ini, pembicaraan mengenai industri seni di Yogyakarta sering kali dipandang eksklusif dan tertutup.
Kota ini telah lama menjadi etalase yang hidup, tempat para seniman dapat membentuk ruang apresiasinya sendiri.
Sehingga muncul pertanyaan apakah kondisi ini cukup mendukung secara struktural bagi keberlangsungan kekaryaan para seniman dan dinamika kultural tersebut?
Sebagian praktik seni memang telah diwadahi oleh institusi seperti galeri, lelang dan di dukung oleh institusi yang profan serta dukungan patron pecinta seni, tetapi masih banyak yang belum memiliki akses maupun jejaring promosi yang memadai.
Di sinilah peran Chapter Jogja menjadi signifikan—membangun jembatan antara praktik artistik dan dukungan apresiasi yang lebih terstruktur dan berkelanjutan.
“Yogyakarta memiliki ribuan seniman, dari pelajar hingga maestro, dari komunitas hingga institusi. Tapi satu hal yang masih sering luput adalah jembatan antara karya dan apresiasi yang lebih luas," jelas Heri Pemad, Founder & Fair Director Chapter Jogja.
"Chapter Jogja kami hadirkan bukan untuk menggantikan apapun yang telah ada, tapi untuk memperkuat apa yang belum sempat terstruktur. Ia adalah babak awal dari upaya membangun ekosistem seni yang berkelanjutan, sehat, dan terhubung secara lebih luas,” jelas Heri Pemad.
Chapter Jogja akan diselenggarakan pada tanggal 20–29 Juni 2025 di Gelanggang Inovasi dan Kreativitas (GIK) UGM, bersamaan dengan pembukaan ARTJOG di Jogja National Museum.
Baca Juga: Heboh Isu Qatar-Saudi Jadi Tuan Rumah di Round 4 Kualifikasi Pildun 2026, AFC Diminta Transparan
Pameran ini merupakan bagian dari rangkaian besar Jogja Art Weeks atau yang dikenal sebagai “Lebaran Seni Rupa.”