SENANGSENANG.ID – Dalam rangka memperingati Hari Hak Asasi Manusia (HAM), sebuah pameran bertajuk “Titik Rapuh Republik: Arsip, Luka, dan Ingatan sebagai Perlawanan” digelar di Langgeng Art Foundation, Yogyakarta, pada 17–18 Desember 2025.
Acara ini menghadirkan pameran arsip, seni, fotografi, diskusi, hingga performance art, serta aksi street art dan mimbar rakyat.
Pameran ini mengangkat gagasan bahwa kerentanan sebuah republik bukan ditentukan oleh kekuatan militer atau megahnya infrastruktur, melainkan oleh kemampuan negara menjaga ingatan dan keberanian menegakkan keadilan.
Baca Juga: Kisah Heroik Pria Sibolga: Jalan Kaki 66 Km Demi Kabarkan Keselamatan Keluarga
Ketika negara gagal mengingat pelanggaran yang dilakukan terhadap warganya, terutama kekerasan atas nama hukum atau pembangunan, maka fondasi moralnya mulai rapuh.
Arsip sebagai Senjata Perlawanan
Arsip dipandang sebagai instrumen perlawanan paling konsisten terhadap upaya sistematis negara untuk melupakan.
Baca Juga: Tim Dosen ISI Surakarta Kunjungi UMKM Desa Bagor, Siapkan Ajuan Hibah 2026
Arsip tidak sekadar tumpukan dokumen, melainkan bukti yang memaksa negara mengingat, membuka pola kekerasan lintas rezim, dan menyingkap bagaimana hukum, birokrasi, modal, serta aparat bekerja mempertahankan impunitas.
“Republik runtuh bukan ketika dihancurkan musuh, tetapi ketika negara berhenti mengingat dan warga berhenti menuntut,” demikian salah satu pesan yang diangkat dalam pameran ini.
Tujuan Pameran
Baca Juga: Ini 10 Destinasi Wisata Favorit di Solo Raya yang Wajib Dikunjungi saat Libur Nataru
Acara ini tidak dimaksudkan untuk meratapi sejarah, melainkan sebagai intervensi publik terhadap cara negara mengelola ingatan dan hukum.
Beberapa tujuan utama yang diusung antara lain: