Kini, jumlah itu dibatasi menjadi 2.500 orang, terdiri dari 2.000 siswa serta 500 ibu hamil, ibu menyusui, dan balita non-PAUD.
Baca Juga: IFG Goes to Campus 2025: 400 Mahasiswa Belajar Keuangan Berkelanjutan di Binus
Nanik mengungkapkan pengurangan ini dilakukan untuk pemerataan. Ia menyoroti temuan di Kabupaten Banyumas, di mana jumlah SPPG melebihi kuota resmi.
“Kuotanya hanya 154 SPPG, tapi ternyata ada 227 titik. Ini jelas tidak benar karena akan terjadi perebutan penerima manfaat,” tegasnya.
Dampak MBG pada Lapangan Kerja
Baca Juga: Naik Andong Malioboro Kini Bisa Bayar Pakai QRIS, Wisata Yogyakarta Makin Praktis dan Modern
Sejak awal, program MBG diyakini mampu membuka lapangan kerja. Dewan Ekonomi Nasional (DEN) mencatat MBG berpotensi menciptakan 1,9 juta lapangan kerja dan menurunkan angka kemiskinan hingga 5,8 persen.
“Program ini sangat bagus dalam konteks pro-job. Kalau roll out-nya benar, ketimpangan juga akan berkurang,” kata Arief Anshori Yusuf, ahli dari DEN.
Kini, MBG juga menyasar penerima manfaat dari kalangan miskin, disabilitas, lansia, anak putus sekolah, anak jalanan, hingga anak-anak pemulung.**
Artikel Terkait
BGN Kembalikan Rp70 Triliun Anggaran Tak Terserap MBG, Menkeu Purbaya Ungkap Tetap Awasi Dana Lain
Istana Tegaskan Tim Koordinasi MBG Dibentuk untuk Perkuat Kinerja Badan Gizi Nasional
Dinkes Gunungkidul Ungkap Penyebab Keracunan Massal MBG di Saptosari, Soroti Sanitasi Dapur Sehat
Dugaan Pemalsuan Label SNI pada Nampan MBG Diselidiki Polisi, Publik Kembali Soroti Skandal Lama
Telur Rebus Bau? Dinkes Batang Pastikan Makanan MBG Aman Dikonsumsi
Klengkeng Lokal Sleman Terserap Program MBG, Petani Harap Lebih Banyak SPPG Gunakan Produk Dalam Negeri