“Pembuatan video dengan judul ‘Skandal Smanse’, baik foto maupun video, itu tidak benar-benar ada. Namun, hanya editan belaka dengan aplikasi AI,” ujar Chiko.
Ia juga menyampaikan permintaan maaf kepada kepala sekolah, guru, serta seluruh siswa SMAN 11 Semarang atas perbuatannya.
“Saya ingin meminta permohonan maaf atas perbuatan saya, di mana saya telah mengedit dan mengunggah foto maupun video teman-teman tanpa izin,” tukas Chiko.
Aksi Protes di Sekolah
Setelah heboh video itu beredar di media sosial, suasana sekolah SMAN 11 Semarang sempat berubah diliputi suasana tegang.
Ratusan siswa sempat menggelar aksi damai di halaman sekolah. Mereka membawa spanduk bertuliskan “Kami Butuh Keadilan” dan “Korban Butuh Perlindungan”.
“Keadilan! Keadilan!” teriak para siswa dalam aksi di halaman sekolah SMAN 11 Semarang, pada Senin, 20 Oktober 2025.
Aksi ini bahkan dihadiri oleh Kepala DP3AP2KB Jawa Tengah, Emma Rachmawati, yang sebelumnya menjadi pembina upacara.
Demonstrasi spontan dari ratusan siswa usai upacara bendera menjadi puncak amarah publik di lingkungan sekolah.
Mereka menuntut kejelasan dan tanggung jawab atas tindakan yang dinilai merusak nama baik sekolah dan menyakiti perasaan banyak pihak.
“Kami meminta mediasi di ruangan terbuka maupun tertutup dengan kepala sekolah dan kami sebagai saksi. Kami tidak akan anarkis,” ujar salah satu orator di depan para guru.