”Kalau kita mau menuruti sebuah karya, tidak akan ada puasnya. Seniman memang memerlukan kebebasan dan tanpa tekanan untuk mengekspresikan diri, tapi kalau kita tidak punya manajemen yang disiplin, kita tidak akan berhasil,” paparnya.
Dari sinilah kemudian ia menjadi sosok yang kemudian dikenal banyak orang karena karya-karyanya yang monumental.
Sebut saja patung Saraswati di Taman Indonesia Charles Darwin University, Darwin, Australia (2009), Monumen Arjuna Wijaya di Boyolali Jawa Tengah (2015), patung Taman Kupu-kupu ”Butterflies Up-Close” di Science Centre Singapura (2016), dan lambang Garuda Pancasila di Istana Merdeka Jakarta (2018 dan 2019).
Kemudian Monumen Panglima Besar Jenderal Soedirman di Mabes TNI Cilangkap Jakarta (2019), Monumen Marsda TNI Anumerta Prof Abdulrachman Saleh di Wisma Aldiron Jakarta (2021).
Monumen Soekarno di Lemhannas RI Jakarta (2021), Monumen Soekarno di Kementerian Pertahanan RI Jakarta (2021), patung Panglima Besar Jenderal Soedirman di Makodam Jaya Jakarta (2022).
Baca Juga: BNI Raih Dua Penghargaan Bergengsi Marketeers Youth Choice Award 2024 Kategori TapCash
Monumen G20 di Denpasar Bali (2022), Monumen Gadjah Mada di Museum Keprajuritan Indonesia Taman Mini Indonesia Indah (2023), dan Monumen Panglima Besar Jenderal Soedirman di PIK2 Tangerang Banten (2023).
Yang terbaru, saat ini Dunadi sedang menyelesaikan sejumlah patung di Memorial Park IKN yang dibangun dengan anggaran Rp335 miliar.
"Saya membuat patung Soekarno dan Muhammad Hatta sedang duduk setinggi 7 meter, dan Garuda setinggi 12 meter di Memorial Park IKN, saat ini sedang dalam proses penyelesaian," tutur Dunadi.
Baca Juga: Merdeka Belajar, Kemendikbudristek Luncurkan Sastra Masuk Kurikulum
Lepas dari semua proyek yang masih dikerjakan saat ini, Dunadi lantas mengingat bagaimana perjuangannya dulu. Bagaimana ia memulai kecintaannya pada dunia seni.
"Perjuangan saya dari nol saat sekolah di SSRI (SMSR), sempat dicibir kowe ki pye cilikane seneng ngaji bareng tuwo malah gawe patung, kowe arep mangan opo," katanya terkekeh mengingat masa lalunya.
Namun dengan adanya itu, Dunadi membuktikan bahwa seni tiga dimensi itu sangatlah menjanjikan. Apapun profesinya jika ditangani dengan profesional akan sangat menjanjikan, dan Dunadi sudah membuktikannya.**