Kalimat seperti All the world’s a stage (Seluruh dunia adalah panggung)" dari drama berjudul As You Like It menjadi refleksi bahwa hidup adalah panggung, dan setiap orang memainkan perannya.
Baca Juga: Dompet Digital, Gaya Baru Mengatur Keuangan dan Berbelanja di Zaman Now
Di masa tuanya, ia menulis kisah romance seperti The Winter’s Tale dan The Tempest, yang menggabungkan unsur tragedi dan keajaiban.
Gaya ini menunjukkan kedewasaannya dalam memahami emosi manusia, di mana pengampunan dan harapan menjadi tema utama.
Ketenaran Shakespeare membuat namanya dicetak di setiap naskah drama yang diterbitkan.
Baca Juga: 122 Juta Rekening Dormant Rampung Dianalisis PPATK, 90 Persen Sudah Diaktifkan Kembali
Bahkan setelah kematiannya pada 23 April 1616, sahabat-sahabatnya menerbitkan First Folio, kumpulan karya dramanya yang memastikan warisannya akan terus hidup.
Ben Jonson, yang pernah menjadi rivalnya pada masa itu, memuji sosok Shakespeare sebagai sang penyair jenius dari Avon, Inggris.
"Sosok (Shakespeare) bukan hanya untuk zamannya, tetapi untuk segala zaman," tutur Ben Jonson.
Baca Juga: 3 Camilan Sehat Bagi Pejuang Diet, Salah Satunya Potongan Apel dengan Selai Kacang
Kekuatan Drama Shakespeare
Drama-drama Shakespeare telah diterjemahkan ke semua bahasa utama dunia. Dari teater klasik di Inggris hingga panggung modern di Tokyo.
Adapun adaptasi film di Hollywood hingga pementasan jalanan di Afrika.
Kekuatannya terletak pada kemampuannya menyentuh sisi terdalam hati manusia. Karakter ciptaannya terasa nyata, dialognya memikat, dan konfliknya universal. Inilah yang membuatnya relevan di setiap generasi.