Sebaiknya Kamu Tahu: Bugisan, Kampung di Kota Jogja Jadi Markas Prajurit Bugis hingga Dikenal sebagai Sentra Perajin Blangkon

photo author
- Kamis, 18 Januari 2024 | 22:44 WIB
Patung Prajurit Bugis sebagai penanda sekaligus ikon Kampung Bugisan Jogja. (Kolase/Ist)
Patung Prajurit Bugis sebagai penanda sekaligus ikon Kampung Bugisan Jogja. (Kolase/Ist)

Melansir dari laman Dinas Pariwisata Kota Jogja, sebelum masa Sri Sultan Hamengku Buwono IX, prajurit Bugis bertugas di Kepatihan sebagai pengawal Pepatih Dalem.

Baca Juga: Kasus DBD di Rembang Tinggi, Ruang Perawatan RSUD dr R Soetrasno Penuh, Bupati Abdul Hafidz Ajak Masifkan PSN

Pada masa Sri Sultan HB IX, prajurit Bugisan ditarik menjadi satu dengan prajurit Keraton.

Dalam upacara Grebeg Besar dan Grebeg Maulud, mereka bertugas sebagai pengawal gunungan.

Secara filosofis, Prajurit Bugis bermakna pasukan yang kuat, seperti sejarahnya yang berasal dari Bugis, Sulawesi.

Bendera Prajurit Bugis adalah Wulan-Dadari, yang berbentuk empat persegi panjang dengan warna dasar hitam. Di tengahnya ada lingkaran dengan warna kuning emas.

Baca Juga: Gandeng Kalog, Damri Hadirkan Layanan Angkutan Logistik, Cek Tarif dan Kota Terlayani di Sini

Wulan-dadari sendiri berasal dari kata wulan yang berarti bulan dan dadari yang berarti mekar.

Secara filosofis, maknanya pasukan ini diharapkan selalu menerangi dalam kegelapan.

Ibarat bulan di malam hari yang menerangi bumi menggantikan fungsi matahari.

Sampai sekarang, prajurit Bugisan masih dilibatkan sebagai pengawal upacara Grebeg Besar dan Grebeg Maulud yang diadakan oleh Keraton Yogyakarta.

Baca Juga: Sinopsis Film Bu Tejo Sowan Jakarta, Upaya Siti Fauziah Menggagalkan Pernikahan Anaknya Sendiri

Kampung Bugisan yang berada di wilayah Kemantren Wirobrajan Kota Jogja ini juga dikenal sebagai sentra perajin blangkon.

Para perajin ini tergabung dalam kelompok kerja dengan memproduksi berbagai motif blangkon khususnya gaya Jogja seperti gaya mataraman, kagok, juga pidhian.

Sayangnya dalam perkembangan zaman, minat generasi muda untuk ikut melestarikan produk budaya tradisi ini mulai berkurang.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Agoes Jumianto

Sumber: dari berbagai sumber

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X