Dimulai dengan penyembelihan hewan kerbau di Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Ujungbatu, diikuti dengan ziarah ke makam dua sesepuh Jepara, yakni Cik Lanang di Desa Bulu dan Mbah Ronggo di Desa Ujungbatu.
Puncaknya, pada malam hari, pagelaran wayang kulit berlangsung dengan antusiasme yang tinggi, menyatukan masyarakat dari segala usia dalam semangat kebersamaan.
Bupati Witiarso Utomo menekankan pentingnya makna dari lakon Dewa Ruci yang dipentaskan.
Lakon ini menggambarkan pencarian akan kesempurnaan, di mana sang tokoh utama, Dewa Ruci, harus menaklukkan berbagai rintangan untuk mencapai tujuan mulia.
Mas Wiwit berharap, melalui pesan dari cerita tersebut, para pemimpin Jepara dan seluruh elemen masyarakat bisa seperti Dewa Ruci, mampu menaklukkan tantangan dan meraih kemajuan untuk kota Ukir yang semakin maju.
“Semoga kita semua bisa menjadi Dewa Ruci yang mampu menaklukkan ombak lautan, dan dalam lima tahun kepemimpinan kami, Jepara bisa semakin maju dan berkembang,” harap Mas Wiwit.
Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Jepara, Khandir, juga memberikan apresiasi yang tinggi terhadap upaya Pemerintah Kabupaten Jepara dalam mendukung kelangsungan tradisi ini.
Baca Juga: ASN Masih Boleh WFA pada Hari Pertama Masuk Kerja Selasa 8 April 2025, Dua Hal Ini Jadi Pertimbangan
Namun, ia berharap dukungan pemerintah tak hanya terbatas pada pelestarian budaya, tetapi juga dalam bentuk bantuan nyata bagi para nelayan.
Khandir mengusulkan agar bantuan beras paceklik, yang rutin diberikan pada musim baratan saat nelayan tidak melaut karena cuaca buruk, dapat diperbanyak dan disalurkan lebih awal, misalnya pada bulan Januari.
“Kami sangat berterima kasih atas bantuan beras paceklik yang sudah diberikan setiap tahun."
"Semoga tahun depan jumlahnya bisa lebih banyak, dan bisa diberikan lebih awal, karena saat musim baratan, nelayan tidak melaut dan membutuhkan bantuan lebih,” kata Khandir.
Baca Juga: Prediksi Bill Gates 10 Tahun ke Depan: Manusia Hanya akan Bekerja 2 Hari dalam Seminggu
Pesta Lomban dan Sedekah Laut ini bukan hanya sekadar perayaan, tetapi juga refleksi dari kebersamaan dan rasa syukur masyarakat Jepara atas hasil laut dan kehidupan yang diberikan oleh alam.
Artikel Terkait
Tradisi Lomban Tahun 2023, Polres Jepara Antisipasi Gangguan Kamtibmas, Kapolres: Petugas Jangan Arogan
Tradisi Pesta Lomban di Jepara Siap Sambut Wisatawan dengan Ramah, Sekda: Jangan Euforia
Sedekah Laut dan Pesta Lomban di Jepara, Diawali Larung Sesaji, Dilajutkan Festival Kupat Lepet
Lautan Manusia Padati Pantai Kartini, Ramaikan Pesta Lomban, Warisan Budaya Tak Benda Indonesia
Meriahnya Pesta Lomban, Ini Makna Prosesi Larungan Kepala Kerbau bagi Warga Jepara