SENANGSENANG.ID - Dibalik gemerlap dan kemasyuran Malioboro, ada satu kampung tua yang memiliki cerita sejarah tersendiri di Yogyakarta.
Kampung Ketandan merupakan saksi sejarah akulturasi antara budaya Tionghoa, Keraton dan warga Kota Yogyakarta.
Terletak di pusat Kota, tepatnya di Jalan Ahmad Yani, Jalan Suryatmajan, Jalan Suryotomo dan Jalan Los Pasar Beringharjo.
Sejak 200 tahun yang lalu daerah ini menjadi tempat masyarakat Tionghoa tinggal dan mencari nafkah, sehingga diakui sebagai kawasan Pecinan kota Jogja.
Lokasi Kampung Ketandan yang dekat dengan pusat kota, Keraton Yogyakarta, dan Malioboro itu menjadikannya tempat yang strategis untuk kegiatan perdagangan.
Sejarah perdagangan di kampung ini bermula sejak zaman kerajaan Mataram hingga era modern sekarang ini.
Baca Juga: Pengujian Kualitas Air Sungai di Kota Jogja Kembali Dilakukan, Ini Hasilnya yang Perlu Warga Tahu
Nama 'Ketandan' diyakini berasal dari bahasa Jawa, yang merujuk pada pohon kembang ketan (saliara) yang tumbuh di sekitar kampung ini.
Kampung Ketandan memiliki sejarah yang panjang dan terkait dengan periode kerajaan Mataram Islam.
Seiring perkembangan kota dan wilayah sekitarnya, kampung ini menjadi salah satu bagian dari perkembangan kota Yogyakarta.
Sejak masa lalu, Ketandan dikenal sebagai pusat perdagangan dan pertukaran barang.
Perdagangan tradisional di kampung ini mungkin melibatkan berbagai produk lokal dan bahan mentah.