Jembatan apung ini akan mempersingkat waktu bagi masyarakat, terutama buruh pabrik rokok warga Demak yang bekerja di Kudus dan juga petani.
“Jembatan apung ini akan beroperasi 24 jam,” ungkapnya.
Tarno mengatakan, jembatan apung ini sangat membantu para buruh rokok asal wilayah Demak.
Para pekerja biasanya menggunakan perahu untuk menyeberangi Sungai Wulan saat beraktivitas menuju Kudus atau saat kembali pulang ke rumahnya.
“Banyak warga enggan memutar dan memilih akses cepat untuk menuju ke Kudus atau ke Demak melewati akses sungai tersebut,” katanya.
Padahal sebenarnya mereka bisa saja melewati jalan bantuan di Bendung Wilalung atau memutar lebih jauh melintasi Jembatan Tanggulangi dari arah Demak ke Kudus.
Tetapi warga rela naik perahu dan terkadang menantang bahaya jika Sungai Wulan sedang meluap.
Perahu berukuran 12 x 3 meter yang dinahkodai lima orang juga digunakan untuk mengangkut hingga 12 motor sekaligus.
”Setiap motor dikenakan tarif Rp5 ribu, dan jumlah penumpang per harinya mencapai 300 hingga 400 orang,” jelasnya.
Sedang jika nanti jembatan apung sudah dapat dilalui, warga yang melintas rencana akan dikenakan tarif Rp4 ribu pulang perg .
“Besaran tarif lebih murah dibanding mengunakan perahu,” tegas Tarno.
Hal sama terjadi pada Jembatan Apung Setrowaru, pengguna dikenakan tarif Rp2 ribu atau Rp4 ribu pulang pergi.
Kepala Desa Setrokalangan, Didik Handono mengatakan, adanya pembangunan Jembatan Setrowaru memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi tempat wisata.
Baca Juga: Seniman, Pelukis, dan Perancang Logo KORPRI Aming Prayitno Meninggal Dunia
Artikel Terkait
Lebih Dua Pekan Dilanda Bencana, Kudus Alami Kerugian Materi Mencapai Rp141,79 Miliar, Ini Rinciannya
Empat Pelamar Calon Direksi BUMD di Kudus Terpental, Sisakan Dua Nama Terpilih, Siapa Saja?
Sejumlah Pertashop di Kabupaten Kudus Tidak Beroperasi, Pertamina Membantah Sampaikan Alasan Seperti Ini
Pedagang Sayur Malam Hari di Pasar Bitingan Kudus Batal Pindah ke Pasar Hewan, Ini Alasannya