"Memang dapat dikatakan masih bayi, tetapi sesungguhnya di dalam praktik telah diterapkan sejumlah strateginya," tulis Firmanzah.
"Para politikus masa kini maupun masa lalu telah memperlakukan massa politik sebagai pasar yang harus dipersaingkan dan diperebutkan," terangnya.
Sebab, gagasan politik dari pemimpin partai memerlukan strategi untuk dapat diterima oleh masyarakat luas.
Di sisi lainnya, marketing politik ini juga dapat menurunkan kualitas demokrasi. Hal tersebut karena banyak partai yang melakukan marketing politik tanpa ide atau gagasan yang jelas.
Baca Juga: TBY Gelar Eksperimentasi Seni Musik 'Samirana' Karya Jaeko Siena, Ketika Suling Tak Lagi Ditiup
Popularitas yang ditawarkan artis dianggap menjadi modal kuat dalam pemilu, namun perlu juga menimbang potensi kepuasan masyarakat terhadap kinerja mereka.**
Artikel Terkait
Cawabup Gunungkidul Sepakati Ajakan Gereja Katolik: Pilkada Bisa Perbaiki Demokrasi
Ini 35 Daerah dengan Calon Tunggal di Pilkada 2024, Intip Ketentuan dan Daftar Wilayah yang Dapat Kandidat Baru
Beredar Narasi Coblos Tiga Pasangan Calon di Pilkada Jakarta 2024, Bawaslu: Tidak Sah!
Tim Advokat Perkasa dan Jaguar Kompak! Siap Bantu Andika-Hendi dan Agustina-Iswar Antisipasi Pelanggaran Pilkada
Pasangan KUSUKA Dapat Nomor Urut 1, Begini Optimisme Kustini Sri Purnomo-Sukamto di Pilkada Sleman 2024
Pilkada Kudus 2024: Santri Nomer Urut 1, KH Asnawi: Menyatunya Upaya dan Doa, Insya Allah Terkabul