Pihaknya memiliki 28 karamba ukuran 3 x 3 meter per segi (m2), 3 x 2 m2, 3 x 2,5 m2 dan 2 X 4 m2. Jarak dari daratan sekitar 200 meter dan dari areal tambak 1.000 meter.
Menurutnya, budidaya ikan kerapu sangat potensial dikembangkan diperairan dengan kedalaman 1,5 m.
"Bibit saya dapatkan dari Situbondo dengan harga Rp1.000 per centimeter (cm).
Biasanya saat tebar ia menggunakan ukuran 9 cm dan dapat berkembang cepat, karena perairan bagus.
"Kalau ada kematian ikan lebih diakibatkan terjadinya pancaroba, baik musim baratan maupun timuran, itu pun hasil panennya masih lumayan," terangnya.
Tetapi dengan kondisi sekarang yang diduga tercemar limbah, yang terancam bukan hanya nelayan karamba tetapi juga nelayan yang menangkap ikan dengan bubu.
"Sebab karang-karang pada mati, kemudian tidak ada lagi ikan yang berhasil di tangkap," tuturnya.
Ia berharap kepada pemerintah segera turun tangan menyelesaikan persoalan ini.
Pihaknya juga menunggu kapan tambak-tambak yang ada di kawasan itu ditutup pemerintah.
“Sebaiknya Karimunjawa tetap dikembangkan menjadi daerah tujuan wisata yang bisa lebih menghidupi masyarakat pribumi atau masyarakat asli."
"Kalau tambak, yang menikmati hanya pemilik dan beberapa pekerjanya,” tegas Isnajib.
Ditambahkan, jika kerusakan alam terus dibiarkan, maka masa depan warga asli Karimunjawa akan terancam dan mungkin kembali ke kondisi 20 tahun lalu.
Baca Juga: Ramalan Zodiak Gemini dan Cancer Sabtu 1 Juli 2023 Beri Perhatian Besar pada Informasi yang Masuk
Artikel Terkait
Disdikpora Jepara Harus Ambil Kebijakan Strategis, Jadikan Seni Ukir Intrakurikuler Seluruh Sekolah
Penanganan Anak Tidak Sekolah Harus Didukung Semua Pihak, Sekda Jepara: Bukan Perkara Ringan
Partisipasi Pemilu Minimal Capai 80 Persen, Sekda Jepara: Pemilih Pemula Tentukan Nasib Bangsa
Jamin Tempat Investasi yang Baik, Jepara Mulai Ukur Produktivitas Tenaga Kerja Perusahaan
Edy Supriyanta Diperpanjang sebagai Penjabat Bupati Jepara, Ditugaskan Selesaikan Masalah Karimunjawa