“Jepara, dengan kekayaan laut dan budaya yang dimilikinya, kembali membuktikan bahwa warisan leluhur kita tidak hanya untuk dikenang, tetapi juga untuk dirayakan bersama."
"Di tengah kemajuan zaman, lomban adalah pengingat bahwa identitas dan rasa syukur harus tetap dipertahankan,” ujarnya.
Setelah prosesi larungan kepala kerbau selesai, acara berlanjut dengan Festival Kupat Lepet, yang ditandai "Perang Kupat Lepet".
Festival kupat lepet diawali dengan pementasan beragam kesenian seperti Tari Krida, drumband, atraksi pencak silat, hingga nyanyian lagu- lagi Jawa.
Dalam festival ini, dua gunungan besar berisi lebih dari 4.000 kupat lepet disiapkan untuk diperebutkan oleh warga.
Begitu aba-aba diberikan, warga langsung menyerbu gunungan tersebut, berlomba-lomba merebut kupat lepet yang dipercaya membawa berkah dan kemakmuran.
Keriuhan ini menambah semarak suasana dan semakin menunjukkan semangat kebersamaan masyarakat Jepara.
“Alhamdulillah, masyarakat sangat antusias," tandasnya. **
Artikel Terkait
Tradisi Pesta Lomban di Jepara Siap Sambut Wisatawan dengan Ramah, Sekda: Jangan Euforia
Sedekah Laut dan Pesta Lomban di Jepara, Diawali Larung Sesaji, Dilajutkan Festival Kupat Lepet
Lautan Manusia Padati Pantai Kartini, Ramaikan Pesta Lomban, Warisan Budaya Tak Benda Indonesia
Meriahnya Pesta Lomban, Ini Makna Prosesi Larungan Kepala Kerbau bagi Warga Jepara
Pesta Lomban 2025, Mas Wiwit: Wayang Dewa Ruci Meriahkan Tradisi dan Harapan Kemajuan Jepara