Selain itu, pihaknya juga memberikan layanan workshop atau sosialisasi bagi warga yang ingin belajar membuat karya seni dari sandal jepit bekas.
Baca Juga: Pemain Persebaya Dipatok Miliki Fisik Siap Tarung 90 Menit, Seimbang dalam Menyerang dan Bertahan
"Beberapa tahun terakhir kami rutin melakukan workshop atau pelatihan membuat karya dari sandal bekas, terutama fokus kami terhadap anak-anak."
"Karena harapan kami, penggunaan daur ulang yang digunakan seperti kertas, bungkus makanan, bahkan celengan, anak-anak bisa tahu dari awal cara barang bekas dapat didaur ulang seperti apa prosesnya," ujarnya.
Ia berharap, ajakan membuat karya dari sandal jepit bekas sejak usia dini, diharapkan akan adanya bibit-bibit unggul yang ada di Kampung Gedongkiwo terutama pada pemanfaatan barang bekas seperti sandal jepit.
Sementara itu, Seksi Pengembangan Bank Sampah Pa-Q-One Art Production Budi Anggoro mengatakan, awal mula ide terbentuknya kreasi dari sandal jepit bekas ini berdasarkan banyaknya temuan barang bekas di sungai-sungai yang ada di Kota Yogyakarta, tak terkecuali sandal jepit. Dari situlah muncul ide kreasi sandal tersebut.
"Berawal dari sandal jepit bekas tidak laku dijual, dan banyak ditemukan di sungai-sungai termasuk di Sungai Winongo, ditambah dari kami suka karakter anime atau cosplay serta etnik maka kita coba buat. Basic kami juga tidak ada seni ukir tapi karena suka melihat film jadi mencoba dan bisa," ujarnya.
Sandal jepit bekas dipilih karena jika menggunakan bahan kayu, pihaknya mengatakan teksturnya keras dan memerlukan waktu yang lama.
Baca Juga: Punya Agenda Nonton Hari Ini? Berikut Jadwal Bioskop Purwokerto dan Banjarnegara Kamis 4 Mei 2023
"Untuk prosesnya, kita lihat bentuknya dulu. Kita bukan recycle tapi upcycle dimana bentuk yang sudah ada kita jadikan bentuk yang baru," jelas Budi.
Walaupun stok yang tersedia di bank sampah tidak banyak, dikarenakan keterbatasan bahan yang ada. Namun pemesanan semakin hari semakin meningkat.
Untuk pembuatan, pihaknya mengatakan menyesuaikan bahan bekas yang ada dan ide dari pembuatnya.
Untuk harga Budi mengatakan, berkisar harga Rp40 ribu hingga Rp400 ribu tergantung dengan ukiran dan konsep. Semakin rumit dan tingkat kesulitan besar maka semakin harganya tinggi.
Artikel Terkait
SDN Kyai Mojo Yogya Canangkan Gerakan Sekolah Asyik Tanpa Plastik, Cara Mudah Kurangi Sampah
Jangan Coba-Coba Buang Sampah Sembarangan di Yogya, Denda Rp50 Juta Menanti, Satpol PP Gencar Lakukan Operasi
Kementerian LH Apresiasi Pemkab Kudus Djarum Foundation, Setiap Hari Daur Ulang Sampah Sebanyak 20 Ton
Serius Kelola Sampah, Kabupaten Kudus Raih Penghargaan Adipura, Ini Upaya Konkret yang Dilakukan
Cerita Ratusan Anak SD di Bulukerto Wonogiri Ikut Les Membayar dengan Sampah, Ternyata Ini Alasannya
Satpol PP Yogya Gencarkan Razia Warga yang Buang Sampah Sembarangan, 3 Orang Tertangkap Basah Didenda Segini
Budayakan untuk Tidak Meninggalkan Sisa Makanan! Consumindful, Makan Lebih Bijak dan Cegah Sampah