Sebelum adanya wabah pandemi Covid-19 menurut Mbah Gito, ada sekitar 65 anak-anak dari berbagai jenjang pendidikan yang nyantrik di Sanggar Sasana Seni Budaya Ndesane Mbah Gito.
Baca Juga: Presiden Jokowi Optimis Pembangunan Kawasan Istana Kepresidenan di IKN Rampung Agustus 2024
Mereka belajar karawitan, tari, dalang wayang kulit juga tembang macapatan dengan mendatangkan pelatih lulusan dari Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta.
Dalam kegiatan berkesenian itu, Mbah Gito ajarkan bagaimana menerapkan unggah-ungguh, budipekerti sebagai Orang Jawa Ndeso Kluthuk.
"Harapannya agar mereka tidak asing dengan nilai-nilai warisan budaya leluhur yang menjunjung kejujuran, apa adanya, sapa aruh yang menjadi jati diri atau kepribadian sebagai orang desa," tutur Mbah Gito yang mengaku sejak tahun 2000 berjuang tanpa henti hingga saat ini.
Baca Juga: 4 Preman Debt Collector Selebgram Clara Shinta Kabur, Polisi: Kemarin Macan Sekarang Kucing
Setelah pandemi usai lanjut pria yang selalu berpenampilan dengan udeng batik ini, di Sanggar Sasana Seni Budaya Ndesane Mbah Gito ada sekitar 40 anak anak yang nyantrik.
Mereka melakukan gladen atau latihan pada setiap hari Sabtu dan Minggu.
Dijelaskan Mbah Gito pihaknya juga sering menerima tamu rombongan dari berbagai daerah baik pelajar maupun instansi pemerintah untuk belajar terkait dengan seni budaya, meski dalam waktu singkat.
Bahkan tamu asing dari berbagai manca negara pun secara berombongan banyak yang menyambangi untuk sekadar tamasya serta belajar seni dan budaya Jawa Ndeso Kluthuk.
"Saya siapkan gamelan untuk mereka yang ingin belajar nabuh gamelan meski dengan tembang sederhana seperti Gundul-gundul Pacul misalnya, tapi mereka suka bisa praktek nabuh tidak hanya nonton," urainya.
Menurut Mbah Gito yang mengaku tidak memiliki konsep detail dalam mengerjakan semua itu, hanya semua dijalani sebagai mana alur keinginan hatinya apa adanya.
Bahkan untuk membangun sejumlah joglo dan limasan dia memanfaatkan kayu jati lawasan, tidak menebang pohon jati baru.
Artikel Terkait
Profil Mbak Ita, Perempuan Pertama dalam Sejarah yang Menjadi Wali Kota di Semarang
Sukses Ciptakan Aplikasi Peminjaman Syari’ah, Mahasiswa UMKU Raih Juara Nasional di Ajang Ini
Keterbatasan Fisik Tak Halangi Syifa Raih Prestasi, Kagumi Stevie Wonder dan Pernah Tampil bersama Sujiwo Tejo
Lima Tahun Pegang Kendali di PT MMKSI, Naoya Nakamura Berikan Estafet Kepemimpinan kepada Atsushi Kurita
Mengenal Pelukis Indarin yang Pernah Malang Melintang di Dunia Batik Era 1975 sampai Akhir 1980an
Perwira Polisi Bintang Dua Chryshnanda Dwilaksana, Pameran Tunggal Horeg di Pendhapa Art Space Bantul