Mbah Asih dan rekan-rekan bersinergi dengan BMKG dan BPTTKG DIY untuk menjaga keselamatan warga sekitar.
Tugasnya sebagai pengirit sebatas meneruskan informasi kepada warga dan menghimbau mereka untuk waspada saat diperlukan.
Sementara perintah mengungsi dan penanganan para pengungsi berada di tangan pemerintah.
Baca Juga: Sambut Bulan Ramadan, Hyundai Gelar Rangkaian Pameran, Sapa Masyarakat Jakarta, Bandung, dan Medan
Terus Belajar
Mbah Asih baru saja pensiun dari pekerjaannya sebagai tenaga kependidikan di Fakultas MIPA, Universitas Islam Indonesia.
Di perguruan tinggi tersebut, ia menangani urusan akademik selama 27 tahun.
Tak lagi bekerja formal, ia memiliki banyak waktu untuk menjalankan kegemarannya, yaitu bermain karawitan dan berkebun sayur.
Ia berlatih memainkan gamelan seminggu sekali bersama kelompok Karawitan Umbul Lestari di kelurahan setempat.
Sementara kegiatan bertani sayur, seperti menanam buncis dan kacang panjang, ia lakukan terutama untuk bersenang-senang.
“Tidak untuk bisnis. Kalau sudah purnatugas, kalau tidak ke kebun nglangut.”
Meski sudah memiliki pengalaman panjang, dengan rendah hati ia mengakui masih butuh banyak belajar.
Terlebih bila ia membandingkan diri dengan mendiang sang Ayah, yang ia jadikan teladan.
“Bapak itu orangnya itu sabar. Menghadapi sesuatu dihadapi dengan tenang, senang. Saya sebetulnya mau ikut, tapi saya belum bisa, 75% saja belum bisa, tapi saya berusaha.”