Inovasi paling menonjol Prof Ali adalah pengembangan Fermented Complete Feed atau "burger pakan". Teknologi ini mengombinasikan hijauan, rumput-rumputan, konsentrat, mineral, dan vitamin dalam satu paket yang difermentasi.
"Itu seperti campuran ada hijauan, rumput-rumputan, kemudian ada konsentrat mineral, vitamin. Dan itu kalau diberikan kepada sapi, bisa sapi potong, sapi perah, cukup dengan itu. Jadi tidak perlu diberikan sendiri-sendiri," jelasnya.
Baca Juga: Hadis dan Niat Puasa Arafah 9 Zulhijjah yang Dilakukan Kamis 5 Juni 2025
Keunggulan teknologi ini sangat terasa saat musim kemarau atau paceklik pakan ketika hijauan sulit ditemukan. Hasil ujicoba di peternakan sapi perah menunjukkan manfaat signifikan, terutama saat musim kemarau maupun ketika menghadapi wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).
"Ke depan, mau pelihara sapi berapa, memelihara domba berapa, mau memelihara sapi perah, tidak akan menjadi persoalan serius. Kalau dukungan pakan ini tercipta, sudah akan menjadi revolusi kemajuan industri peternakan," prediksi Prof Ali.
Indonesia: Kekuatan Tersembunyi Protein Hewani Dunia
Baca Juga: Sejarah Baru Kecerdasan Artifisial Indonesia Lahir, Indosat Luncurkan Sahabat-AI 70 Miliar Parameter
Indonesia ternyata memiliki posisi mengejutkan di pasar global. Negara ini merupakan produsen telur terbesar ketiga dunia. Sebuah fakta yang jarang diketahui publik.
"Kalau kita bicara telur ayam negeri, ayam petelur komersial atau disebut juga ayam merah, Indonesia termasuk produsen telur terbesar ketiga dunia," ungkap Prof Ali dengan bangga.
Untuk daging ayam broiler, Indonesia sudah mencapai swasembada bahkan berpotensi ekspor.
Baca Juga: Anak Pencipta Lagu Nuansa Bening Ikut Buka Suara Terkait Polemik Royalti dengan Vidi Aldiano
"Kalau kita bicara daging ayam, ayam broiler kita itu sudah dapat dikatakan swasembada, mandiri. Bahkan peluang ekspor itu besar dan beberapa perusahaan sudah melakukan ekspor," jelasnya.
Keunggulan Indonesia unggul terletak pada ketersediaan bahan baku pakan yang melimpah. Baik untuk pakan unggas maupun pakan sapi "Kalau bicara penggemukan sapi di Indonesia, itu relatif paling kompetitif dibandingkan menggemukkan sapi di Australia. Kita itu punya limbah pertanian, limbah industri yang jumlahnya melimpah, termasuk kita punya kebun sawit terluas di dunia. Maka kita punya bungkil inti kelapa sawit, dapat menjadi pakan ternak" papar Prof Ali.
Kreativitas Prof Ali tidak berhenti pada pakan. Bersama timnya, ia mengembangkan Sapi Gama (Gagah dan Macho), hasil persilangan Sapi Brahman betina dengan Sapi Belgium Blue jantan yang memiliki otot ganda.
Artikel Terkait
Mengintip Kisah Immanuel Ebenezer, Seorang Driver Ojol yang Kini Bantu Presiden Prabowo Jadi Menteri
Mengenal Mochtar Riady, Pendiri Lippo Group yang Masuk Daftar Triliuner Versi Majalah Forbes 2024
Warisan Karikatur Karya Pramono Bernilai Seni
Mengenal Jogi Hendra Atmadja, Konglomerat Kaya Raya Berkat Jualan Es Teh dan Ciptakan Banyak Merek Jajanan Populer di Indonesia!
KRMT Projokusumo, Budayawan Kadipaten Pakualaman Penerima Anugerah Kebudayaan DIY 2024
Pernah Digaji Rp2,5 Juta, Kini Pendiri MD Entertainment Ini Beli 80 Persen Saham NET.TV! Intip Kisah Inspiratifnya