Mengenal Candi Ngawen di Muntilan, Candi Buddha yang Memiliki Tata Letak, Mandala, dan Gaya Arsitektur Berbeda

photo author
- Sabtu, 2 Desember 2023 | 22:58 WIB
Deretan candi-candi di kompleks Candi Ngawen, hanya Candi Ngawen II yang sudah dapat direkonstruksi. (Foto: Humas/Beritamagelang)
Deretan candi-candi di kompleks Candi Ngawen, hanya Candi Ngawen II yang sudah dapat direkonstruksi. (Foto: Humas/Beritamagelang)

Keunikan Candi Ngawen, di candi II dan candi IV setiap sudut candi ada arca Singa berdiri seolah menyangga candi.

Baca Juga: Sambil Nunggu Final Piala Dunia U-17, Nonton Film Dulu yuk! Berikut Ini Jadwal Bioskop di Solo Sabtu 2 Desember 2023

Candi Ngawen memiliki kekhususan dalam tata letak, mandala dan gaya arsitektur bangunannya. Artinya, tata letak dan bentuk bangunannya berbeda dengan candi-candi Buddha pada umumnya.

Yang banyak dijumpai, candi-candi Buddha bangunannya tunggal dengan tingkatan-tingkatan yang mempunyai makna-makna filosofi agama Buddha.

Tata letak candi ini mirip dengan tata letak candi yang bernapaskan agama Hindhu yaitu adanya candi-candi perwara dan candi induk sebagai pusatnya.

Baca Juga: Kemenag Terbitkan Mushaf Al Quran Terjemahan Bahasa Melayu Ambon

Namun, di kompleks Candi Ngawen ini tidak terdapat candi induk. Keberadaan Candi Ngawen dikaitkan dengan prasasti Kayumwungan atau Prasasti Karangtengah dengan angka tahun 746 Syaka atau 824 Masehi.

Di candi ini ditemukan beberapa arca Buddha antara lain arca Dhyani Buddha Ratnasambhawa dengan sikap tangan vara mudra yang ditemukan di candi II, arca Dhyani Buddha Amitabha sikap tangan dhyani mudra di candi IV dan temuan arca Dhyani Budha Vairocana dengan sikap tangan dharma cakra mudra.

De Casparis, ahli purbakala bangsa Belanda, menghubungkan kompleks percandian Ngawen ini dengan bangunan Venuwana yang disebutkan dalam Prasasti Karang Tengah tahun 824 M.

Baca Juga: Duet Ganda Campuran Campursari, Endah Sharaswati dan Nugie Rilis Single 'Sakit Rindu'

Dalam prasasti ini disebutkan, Raja Samaratungga mendirikan bangunan suci di Venuwana, yang berarti hutan bambu.

Desa Ngawen ketika itu diduga sebagai salah satu desa yang banyak ditumbuhi hutan bambu.

Ahli purbakala lainnya, E.B. Vogler menetapkan pertanggalan pembangunan Candi Ngawen pada periode tahun 812-836 M.

Sedangkan J Dumary dan Nurhadi Magetsari menghubungkan Candi Ngawen ini dengan Tathagatha dalam aliran Buddha Mahayana seperti yang diterapkan pada candi-candi agama Buddha seperti Candi Borobudur, Candi Mendut, Candi Plaosan dan Candi Sewu.

Baca Juga: Meski Soal Rasa Tak Ada Bedanya, Bakpia Satu Hati Unggulkan Konsep Edukasi Sejarah Yogyakarta

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Agoes Jumianto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X